Thursday, October 18, 2018

Sumber Daya Hayati Pesisir Mangrove – Fungsi, Potensi Pengembangan, Ancaman dan Kekuatan


Sumber Daya Hayati Pesisir Mangrove – Fungsi, Potensi Pengembangan, Ancaman dan Kekuatan



Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan.

1.    Hutan mangrove memiliki berbagai fungsi dan manfaat baik fungsi fisik, kimia, biologi, ekonomi, maupun wanawisata. Berikut ada ulasanya Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi dan manfaat, diantaranya:

  • ·      Fungsi fisik, yaitu: . Menjaga garis pantai agar tetap stabil, Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi serta menahan tiupan angin kencang dari laut ke darat, Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat.
  •        Fungsi kimia, yaitu: Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen, Sebagai penyerap karbondioksida
  •         Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya (NONTJI, 1987
  •       Secara ekonomis, hutan mangrove menghasilkan kayu, daundaunan sebagai bahan baku obat dan lain sebagainya (SUKARDJO, 1986). Tidak kurang dari 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan manusia telah diidentifikasikan, meliputi "produk langsung" seperti bahan bakar kayu, bahan bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan, obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak langsung" seperti tempat rekreasi, dan bahan makanan (DAHURI et al, 1996).
  •        Fungsi lain (wanawisata) Sebagai kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa.  Sebagai tempat pendidikan, konservasi, dan penelitian Kegunaan tersebut secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir di Indonesia.
2. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan secara optimal adalah sebagaikawasan wisata alam (ecoturism). Kegiatan wisata alam semacam ini telah berkembang lama di Malaysia dan Australia. Ekosistem hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik.  Keanekaragaman hayati hutan mangrove yang tinggi merupakan aset yang sangat berharga baik dilihat dari fungsi ekologi maupun fungsi ekonomi untuk terus dikembangkan.

3.      Komponen-komponen dari ekosistem mangrove sendiri yang telah dimanfaatkan berupa,
·         Pohon mangrove itu sendiri:
-          Daunà Manfaat secara tradisi yang lain dari tumbuhan mangrove adalah sebagai sumber bahan obat-obatan. Beberapa jenis mangrove mengandung bahan aktif (Rhizophora apicuata dan Rhizophora mucronata) yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Namun demikian, tanaman obat tradisional tersebut belum mendapat dukungan penelitian dan percobaan secara ilmiah. Padahal, apabila dengan dukungan penelitian tersebut, pengumpulan beberapa jenis pohon mangrove yang memilki nilai pengobatan akan memberikan suatu sumber pendapatan tambahan yang bermanfaat bagi penduduk di sekitar hutan mangrove. (LPP Mangrove, 2006).
Buah dan bunga à Dari buah mangrove, bisa mengolahnya menjadi sirup, yang ternyata mampu mengempiskan tumor dalam tubuh. Kemudian sisa olahan sirup dapat dijadikan permen lalu cincau juga dodol Selanjutnya, mengolahnya menjadi kecap, sabun, lulur bahkan pewarna batik (Lulut Sri Yuliani). Sejauh ini, sudah 150 produk berbahan mangrove yang telah disebar ke masyarakat. hampir seluruh Indonesia.
-          Batang à dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pesisir sebagai bahan bagunan dan kayu bakar
-          Akar à dapat berguna untuk menahan pantai dari abrasi pantai dan tanah yang cenderung longsor,serta bermanfaat bagi biota yang bersimbiosis disekitar mangrove.
·         Organisme yang berada di ekosistem mangrove:
-          Ikan àIkan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan Gelodok (Periopthalmus sp.),
Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan, Lontong (Gerreidae).
 Ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda, Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta Carangidae.
Ikan pengunjung musiman, ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.
-          Crustacea, Gastopod dan Moluscaà Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska. Kepiting, Uca sp. dan berbagai spesies sesarma umumnya dijumpai di hutan Mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi (Scylla serrata) termasuk produk mangrove yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar hutan mangrove. Udang yang paling terkenal termasuk udang raksasa air tawar (Macrobrachium rosenbergii) dan udang laut (Penaeus indicus , P. Merguiensis, P. Monodon, Metapenaeus brevicornis) seringkali juga ditemukan di ekosistem mangrove.
-          Burung dan mamaliaà Burung yang paling banyak adalah Bangau yang berkaki panjang. Dan yang termasuk burung pemangsa adalah Elang laut (Haliaetus leucogaster), Burung layang-layang (Haliastur indus), dan elang pemakan ikan (Ichthyphagus ichthyaetus). Burung pekakak dan pemakan lebah adalah burung-burung berwarna yang biasa muncul atau kelihatan di hutan mangrove. Sedangkan mamalia yang berada disekitar mangrove ada monyet-monyet (Macacus irus) terlihat mencari makanan seperti shell-fish dan kepiting sedangkan kera bermuka putih (Cebus capucinus) memakan cockles di mangrove.

4.      Ancaman dan Kekuatan Pengembangan ekosistem mangrove
Perusakan Habitat Penyebab utama hilangnya SDA bukanlah dari Perubahan Iklim, Masuknya Spesies asing (eksotik) dan eksploitasi manusia secara langsung, melainkan kerusakan habitat sebagai akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan kegiatan Manusia. Seperti halnya kasus local dusun Pengekahan di daerah Lampung Barat, perubahan tata guna lahan akan terus menjadi factor utama yang mempengaruhi SDA. Ancaman genting terhadap habitat utama yang memiliki pengaruh besar keberadaan Spesies adalah pertanian (38%), Pembangunan Komersial (35%), Proyek Air (30%), reaksi alam terbuka (27%), Pengembalaan Ternak (22%), Polusi (20%), Infrastruktur dan jalan (17%), Gangguan kebakaran alami (13%), dan penebanganan pohon (12%). (Stein dkk. 2000)

a. Faktor-faktor yang menyebabkannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor yang terjadi secara alami dan faktor yang terjadi akibat dari ulah manusia (antropogenik).

·         Faktor Alamia
    Faktor-faktor alami berkaitan dengan masalah adaptasi suatu organisme. Apabila dapat beradaptasi terhadap kondisi yang baru maka organisme tersebut akan bertahan hidup. sedangkan, apabila tidak dapat beradaptasi maka organisme tersebut tidak dapat bertahan hidup.

-          Fragmentasi Habitat Fragmentasi Habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan utuh menjadi berkurang serta terbagi-bagi. Antara satu fragment/ perca dengan lainnya seringkali terjadi isolasi oleh bentang alam yang terdegradasi atau telah berubah. pada bentang alam daerah tepinya mengalami serangkaian perubahan kondisi yang dikenal dengan istilah efek tepi. Hal ini seperti ini Kerapkali terjadi daerah Konsesi pengelolaan Wildlife yang sengaja membuat lintang jalan ataupun untuk menciptakan habitat tepi yang terfragmentasi.
-          Degradasi Habitat (termasuk Polusi) Indonesia, salah satu degradasi lingkungan terbesar yang kerap terjadi dan harus diatasi adalah kebakaran hutan yang sangat berdampak pada ekosistem sekitarnya dan kelestarian habitat. Bentuk paling umum dari degradasi adalah polusi. Polusi yang disebabkan oleh pestisida, limbah rumah tangga, gas / asap yang dikeluarkan oleh limbah pabrik, mobil.
-          Perubahan Iklim Global Secara alami karbondiosida (CO²), gas metana (CH4), dan gas – gas lainnya dalam jumlah kecil di atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatksn permukaan bumi. Uap air dan gas – gas tersebut dalam bentuk awan, menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi. Pengeluaran panas dari bumi keangkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas rumah kaca karena fungsinya yang sama dengan rumah kaca. Dampak luas pemanasan global, perubahan iklim dapat merubah komunitas biologi secara radikal dan menekan angka populasi dari spesies. Yang akhirnya kawasan yang dilindungipun tidak dapat menyandang atau menyelamatkan spesies critically endangered. Salah satu solusi dari habitat spesies adalah dibentuknya kawasan perlindungan yang cocok dan baru, rute – rute migrasi yang potensial seperti lembah dan sungai di utara dan selatan, sangat perlu diidentifikasi lebih dini dan dilindungi. Solusi kedua adalah penangkaran spesies dengan membuat habitat imitasi dengan mencontoh habitat asli spesies tersebut.

·         Faktor Antropogenik
Faktor secara antropogenik cenderung yang paling mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Faktor-faktor tersebut seperti pertambahan jumlah penduduk, kurangnya kesadaran, pemahaman, dan kepedulian untuk menjaga keanekaragaman hayati, pesatnya pembangunan, dan penegakan hukum yang lemah
-          Pemanfaatan Spesies secara berlebihan Ekploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia diduga telah mengancam 1/3 mamalia dan burung yang genting dan rentan kepunahan. Untuk bertahan hidup manusia selalu berburu daging hewan liar “Bushmeat” dan memanen makanan serta sumber daya alam hayati, ironisnya manusia saat ini sudah banyak yang mulai meninggalkan culture lama yang sangat bersahabat terhadap habitatnya (landscape kecil kampung) seperti tidak memburu anak satwa dan berburu betina pada musim – musim tertentu, melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam hayati agar dapat dipanen secara berkala dan turun temurun. Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat sebagian kecil suku dayak di pulau Kalimantan yang dipercayai (Religi kaharingan) mereka, alam adalah element yang dapat menghidupkan manusia, karena itu manusia tidak berhak menyeleksi alam sebab alamlah yang akan menyeleksi manusia. Bagaimanapun, mengingat culture yang ada telah memasukan bushmeat sebagai makanan tradisional maka dalam beberapa hal perlu dilakukan upaya rekonsiliasi antara konservasi dan culture agar perubahan prilaku dan pola Konsumsi dapat terjadi secara partisipatif dan tidak menimbulkan keresahan setempat (Indrawan, 1999).
-          Invasif Spesies – spesies asing Spesies Eksotik adalah spesies yang terdapat diluar dari distribusi alaminya. Biasanya spesies eksotik sulit untuk bertahan didaerah alam yang diintroduksinya dikarenakan oleh factor alam dan sebaran pendukung, tetapi populasinya akan dapat melonjak drastic apabila spesies tersebut dapat beradaptasi dihabitat baru tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ancaman untuk spesies endemic disekitarnya. Invasi spesies asing terjadi berdasarkan beberapa factor, yang berasal dari evolusi spesies baru dampak dari Fragmentasi habitat atau pun sengaja dibawa oleh manusia.
-          Meningkatnya penyebaran penyakit Ancaman utama lain bagi spesies dan komunitas biologi adalah meningkatnya penularan penyakit akibat berbagai kegiatan manusia. Intraksi langsung dengan manusia dapat meningkatkan resiko penularan penyakit. Secara tidak langsung penularan penyakit dapat terjadi akibat dari kegiatan dan pembangunan manusia.

b. Kekuatan dan upaya mengatasi masalah keanekaragaman hayati
Masalah keanekaragaman hayati sangat berhubugan apabila ditinjau dari masalah segi ekologis, sosial, ekonomis maupun budaya. Yang bermasalah adalah fungsi keanekaragaman yang bertolak belakang dari segi ekologi dengan segi ekonomi. keduanya mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya. Oleh karena itu, upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah untuk mensinergikan antara segi ekologi dengan segi ekonomi. hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-          Adanya kesadaran mulai dari diri sendiri untuk menjaga lingkungan. Dengan dimulai dari  atur diri sendiri akan bersifat fleksibel terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Manfaat keanekaragaman hayati itu sangat banyak. oleh karena itu perlu dilestarikan.
-          Pengembangan agrowisata. Dengan mengembangkannya maka akan mendapatkan dua
-          fungsi sekaligus yaitu untuk menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi ekonomi.
-          Melaksanakan pembangunan ramah lingkungan
-          Mengupayakan adanya eco-industrial. Dengan eco-industrial dapat mengurangi jumlah limbah dan meningkatkan pendapatan dari penggunaan ulang atau penjualan limbah.
-          Berusaha untuk meminimalisir penggunaan barang-barang seperti plastik dan kertas. Mengupayakan untuk mendaur ulang barang-barang yang bisa didaur ulang demi menjaga keanekaragaman hayati.
-          Menggunakan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT). Dengan adanya PHT, dapat menjaga rantai makanan yang berdampak pada pelestarian keanekaragaman hayati.
Memaksimalkan sistem pencagaran baik secara in situ maupun ex situ.


1 comment:

  1. Fungsi fisik, yaitu: . Menjaga garis pantai agar tetap stabil, Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi serta menahan tiupan angin kencang dari laut ke darat, Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat.
    LukQQ
    Situs Ceme Online
    Agen DominoQQ Terbaik
    Bandar Poker Indonesia

    ReplyDelete

Tuliskan masukan anda