Wednesday, April 18, 2018

Distribusi Dan Zonasi Terumbu Karang


A. Distribusi Karang Dan  Terumbu Karang

         Tersebar luas di perairan dangkal tropis – subtropis, yaitu antara
     35O LU – 35O LS  (batas sebaran maksimum).
         Pertumbuhan karang dan perkembangan terumbu karang yang  baik hanya pada daerah-daerah tertentu, Ex : perairan dari pulau-pulau yang tidak atau sedikit mendapat tekanan sedimentasi
         Karang dan terumbu karang ditemukan tumbuh dan berkembang baik pada perairan dangka tropis, dengan suhu rata-rata tahunan lbh tinggi dari 18OC.
         Di wilayah tropis karang menyebar pada garis tropis, yaitu antara
     - Garis Cancer (± 23½ O LU) dan
     - Garis Capricorn (± 23½ O LS)
         Tiga wilayah penyebaran karang dan terumbu karang terbesar di dunia adalah : Laut Karibi, Laut Hindia & Laut Indo Pasifik.




Gambar1. Distribsi geografis terumbu karang di wilayah tropis

Karang tumbuh dengan baik di wilayah perairan laut Indo Pasifik dibanding Laut Hindia dan Karibua
          Di Laut Indo Pasifik terdapat 80 marga karang batu
          Di Laut Indo-Pasifik, marga Acropora memiliki 80 spesies
          Sementara di laut Karibia marga Acropora hanya memiliki 3spesies.
          Di laut Indo-Pasifik marga Potites memiliki 20 spesies
          Sementara di laut Karibia Porites hanya memiliki 3 spesies


B. Zonasi Karang dan terumbu Karang


Gambar 2. Tipe-tipe karang yang hidup di minakat penembusan cahaya matahari


Gambar 3. Zonasi terumbu karang tepi berdasarkan geomorfologi terumbu

C. Faktor-Faktor Pembatas Perkembangan Karang dan Terumbu Karang



Gambar 4. Ikhtisar beberapa faktor pembatas perkembangan terumu karang

  Suhu air lebih besar dari 18OC , tetapi untuk perkembangan yang optimal diperlukan suhu perairan rata-rata tahunan berkisar antara 25 – 29OC, suhu maksimal yang masih dapat ditolerir  antara 36 – 40OC.
  Kedalaman perairan kurang dari 50 m, dengan  perkembangan optimum pada kedalaman 25 m atau kurang. Kenyataan menunjukan koral pada terumbu koral tepi berkembang optimum pada kedalaman 3 – 7 m.
  Salinitas air yang tinggi dan kontan berkisar antara 30 – 36‰ menunjang perkembangan koral secara optimal, dan tidak berkembang pada perairan dengan kondisi payau atau perairan dipengaruhi oleh aliran air tawar dari sungai.
  Perairan yang cerah, bergelombang besar dengan arus yang relatif kuat dan bebas dari sedimen atau pengaruh sedimentasi
  Karang yg mampu menggunakan filamen-filamen diges- tifnya dpt mengatur dlm order yg spesifik sehingga bila spesies lain berpasangan / berdampingan maka peme -nang dlm kompetisi dpt diprediksi.
  Kelompok karang yg agresif ini berperan dlm memeliha ra keragaman lokal pada suatu terumbu karang.
  Pd kondisi lab. diperoleh karang masif marga Pavona yg tumbuh lambat mendominasi karang foliaceous marga Pocillopora yg tumbuh cepat.
  Fakta lapangan menunjukan sepertinya Pocillopora lbh sering menghancurkan Pavona.
  Selama awal kontak antara dua marga karang itu, Pavona mengulurkan filamen-filamen mesenterialnya dan secara parsial membunuh karang marga Pocillopora. 
  Serelah 7 – 60 hari, tentakel yg tdk hancur dari polip Pocillopora di area pinggiran yg dibunuh oleh Pavona mulai memanjang hingga 30 kali dari panjang normalnya dan merubah baterei nematositnya menjadi lbh kuat
  “Sweeper tentacles” dari Pocillopora ini terbawa secara pasif oleh arus air ke koloni Pavona, sehingga terjadi kehancuran pd bagian koloni dr Pavona. Hubungan ini memungkinkan Pocillopora utk memperbaiki ba gian original koloninya yg habcur & terus tumbuh melampaui Pavona.
Hasil nyata adalah Pocillopora menang dlm knflik secara langsung. Sistem serupa dr “sweeper tentacle” telah di laporkan utk dua karang ini di Karibia, dan fenomena ini tersebar sangat luas. Pocillopora yg tergolong superior kompetitif membantu menjelaskan ttg mengapa sampai marga karang ini termasuk dominan di terumbu dangkal wilayah Pasifik Timur.
Pada perairan dangkal terumbu karang, penutupan subs trat terumbu oleh karang/organisme lain mungkin menca pai 100%. Dibawah kondisi tertentu yg padat, karang ber- cabang yg tumbuh cepat menurunkan/mengeliminasi ka- rang masif yg tumbuh lambat akibat tertutup oleh karang karang bercabang itu, sehingga menurunkan akses ka - rang masif terhadap cahaya dan pergerakan air. Seperti- nya kompetisi eksploitatif mungkin menjelaskan domina- si karang Pocillopora di perairan dangkal Pasifik timur &   Acropora di Karibia.
Bila karang masif yang tumbuh lambat tidak memperoleh akses terhadap cahaya matahari secara penuh : muncul pertanyaan yaitu bagaimana mereka dapat Survive.
Suatu mekanisme menurut para ahli, yaitu : karang masif tersebut lebih toleran terhadap naungan dan tumbuh pd perairan yg lebih dalam, dimana kompetisi berkurang di bawah kondisi cahaya rendah, sehingga  memungkinkan atau menberi peluang bagi mereka utk survive.
Kenyataan ini sebaliknya menyebabkan terjadi peningkat an keragaman spesies menurut kedalaman. Tampkanya hal ini tidak hanya terjadi pd karang tetapi juga pd anggo ta fauna terumbu karang lain.
Kompetisi interspesifik lebih kompleks karena dapat ber ubah-ubah secara geografis dan temporal serta dipenga ruhi berbagai faktor lain seperti predasi, gangguan dan perubahan kondisi lingkungan. Contoh:
   Rangking hirarhis dari spesies karang berdasarkan pd
   agresif menggunakan filamen-filamen mesenterial ada-
   lah berbeda di Jamaica dan Bermuda
   Pada interaksi Povona-Pocillopora, ternyata hierarhis filament mesenterial menempatkan Pavona pada  rangking atas
   Tetapi bila didasarkan pada hierarhis sweeper tentac-les” maka Pocillopora berada pada rangking pertama.
Kategori kompetisi tbt mungkin juga mendekripsi kompetisi antara karang dan ruang yg ditempati avertebrata lain di areal terumbu. Contoh :
Samarco & Coll (1992) mendeskripsikan hambatan pertum buhan & nekrosis jaringan diantara karang scleractinian sbg hasil kompetisi yg dialami dgn karang lunak.
Dalam kasus ini tampaknya nekrosisi jaringan karang scle ractinian itu terjadi melalui cairan kimiawi yg dikeluarkan oleh karang lunak.
Kenyataan serupa telah diketahui bahwa spons mengham hambat pertumbuhan karang, dan bahan kimiawi yg dipro duksi oleh spons telah terimplikasi sbg mekanisme kompe titif yg menyebabkan spons utk mengambil alih / menem- pati ruang yg sedianya ditempati oleh karang.
Interaksi kompetitif tidak hanya terbatas antar karang atau antara karang dan organisme terumbu, ada pula interaksi kompetitif antar taksa invertebrata lainnya.
Contoh : Whale (1980) dalam Nybakken (2001) mendeskrip sikan suatu situasi dimana 2 spesies hydrocoral dr genus Millepora tumbuh secara langsung melewati jenis gorgo- nia Plexaura homomalia dan Briareum asbestinum diman setelah beberapa bulan tumbuh menutupi gorgonia tsb secara penuh.
Sama halnya yg disedkripsikan oleh Karlson (1980) dalam Nybakken (2001) dimana jenis Zoanthid: Polythoa caribae orum & suatu sejenis gorgonia agresif yakni Erythropo - dium caribaeorum yg tumbuh melampaui dan menutupi jenis zoanthid Zoanthus solanderi.
Tampak makin jelas seperti diungkapkan para ahli bahwa berbagai interaksi kompetitif anara karang & dengan klo - nal lain serta koloni-koloni taksa invertebrata sesil sangat kompleks & melibatkan multi mekanisme. 
Interaksi-interaksi tsb dpt berubah-ubah menurut waktu & ruang serta mungkin termodifikasi oleh pengaruh-penga- ruh, geografi, dan predasi yang spertinya resultante struk tur komunitas sulit untuk diprediksi.
Akhirnya kebanyakan dr hsl interaksi kompetitif tsb dpt juga tetap, berbalik dan bahkan koeksisten kompetitif dan eksklusi kompetitif.
Kompetisi hanya suatu mekanisme yg memberi sumbang an terhadap keragaman terumbu karang, struktur & pola-pola zonasi terumbu.


No comments:

Post a Comment

Tuliskan masukan anda