A. Distribusi Karang
Dan Terumbu Karang
•
Tersebar luas di perairan dangkal tropis –
subtropis, yaitu antara
35O LU – 35O LS (batas sebaran maksimum).
•
Pertumbuhan karang dan perkembangan terumbu karang
yang baik hanya pada daerah-daerah
tertentu, Ex : perairan dari pulau-pulau yang tidak atau sedikit mendapat
tekanan sedimentasi
•
Karang dan terumbu karang ditemukan tumbuh dan
berkembang baik pada perairan dangka tropis, dengan suhu rata-rata tahunan lbh
tinggi dari 18OC.
•
Di wilayah tropis karang menyebar pada garis tropis,
yaitu antara
- Garis Cancer (± 23½ O LU) dan
- Garis Capricorn (± 23½ O LS)
•
Tiga wilayah penyebaran karang dan terumbu karang
terbesar di dunia adalah : Laut Karibi, Laut Hindia & Laut Indo Pasifik.
Gambar1. Distribsi geografis terumbu karang di wilayah
tropis
Karang tumbuh dengan baik di
wilayah perairan laut Indo Pasifik dibanding Laut Hindia dan Karibua
•
Di Laut Indo
Pasifik terdapat 80 marga karang batu
•
Di Laut
Indo-Pasifik, marga Acropora memiliki 80 spesies
•
Sementara di
laut Karibia marga Acropora hanya memiliki 3spesies.
•
Di laut
Indo-Pasifik marga Potites memiliki 20 spesies
•
Sementara di
laut Karibia Porites hanya memiliki 3 spesies
B. Zonasi Karang dan terumbu
Karang
Gambar 2. Tipe-tipe karang yang hidup di minakat
penembusan cahaya matahari
Gambar
3. Zonasi terumbu karang tepi
berdasarkan geomorfologi terumbu
C. Faktor-Faktor Pembatas
Perkembangan Karang dan Terumbu Karang
Gambar 4. Ikhtisar beberapa faktor pembatas perkembangan
terumu karang
• Suhu air lebih besar dari 18OC , tetapi
untuk perkembangan yang optimal diperlukan suhu perairan rata-rata tahunan
berkisar antara 25 – 29OC, suhu maksimal yang masih dapat
ditolerir antara 36 – 40OC.
• Kedalaman perairan kurang dari 50 m, dengan perkembangan optimum pada kedalaman 25 m atau
kurang. Kenyataan menunjukan koral pada terumbu koral tepi berkembang optimum
pada kedalaman 3 – 7 m.
• Salinitas air yang tinggi dan kontan berkisar antara
30 – 36‰ menunjang perkembangan koral secara optimal, dan tidak berkembang pada
perairan dengan kondisi payau atau perairan dipengaruhi oleh aliran air tawar
dari sungai.
• Perairan yang cerah, bergelombang besar dengan arus
yang relatif kuat dan bebas dari sedimen atau pengaruh sedimentasi
• Karang yg mampu menggunakan filamen-filamen diges- tifnya dpt mengatur dlm order yg spesifik sehingga
bila spesies lain berpasangan / berdampingan maka peme -nang dlm kompetisi dpt diprediksi.
• Kelompok karang yg agresif ini berperan dlm memeliha ra keragaman lokal pada suatu terumbu karang.
• Pd kondisi lab. diperoleh karang masif marga Pavona yg tumbuh
lambat mendominasi karang foliaceous marga Pocillopora yg tumbuh cepat.
• Fakta lapangan menunjukan
sepertinya Pocillopora lbh sering menghancurkan Pavona.
• Selama awal kontak antara dua marga karang itu, Pavona
mengulurkan filamen-filamen mesenterialnya dan secara parsial membunuh karang
marga Pocillopora.
• Serelah 7 – 60 hari, tentakel
yg tdk hancur dari polip Pocillopora di area pinggiran yg dibunuh oleh Pavona mulai
memanjang hingga 30 kali dari panjang normalnya dan merubah baterei nematositnya
menjadi lbh kuat
• “Sweeper tentacles” dari Pocillopora ini terbawa secara pasif oleh arus air ke koloni Pavona,
sehingga terjadi kehancuran pd bagian koloni dr Pavona. Hubungan ini memungkinkan Pocillopora
utk memperbaiki ba gian original koloninya yg
habcur & terus tumbuh melampaui Pavona.
Hasil nyata adalah Pocillopora
menang dlm knflik secara langsung. Sistem serupa dr “sweeper tentacle” telah di laporkan utk dua karang ini di Karibia, dan fenomena ini tersebar sangat luas. Pocillopora yg tergolong superior kompetitif membantu menjelaskan ttg mengapa sampai marga karang ini termasuk dominan di terumbu dangkal wilayah Pasifik Timur.
Pada perairan dangkal terumbu
karang, penutupan subs trat terumbu oleh karang/organisme lain mungkin menca pai 100%. Dibawah kondisi tertentu yg padat, karang ber- cabang yg tumbuh cepat menurunkan/mengeliminasi ka- rang masif yg tumbuh lambat
akibat tertutup oleh karang karang bercabang itu, sehingga
menurunkan akses ka - rang masif terhadap cahaya dan
pergerakan air. Seperti- nya kompetisi eksploitatif
mungkin menjelaskan domina- si karang Pocillopora di
perairan dangkal Pasifik timur & Acropora di Karibia.
Bila karang masif yang tumbuh
lambat tidak memperoleh akses terhadap cahaya matahari secara penuh : muncul pertanyaan yaitu bagaimana mereka dapat
Survive.
Suatu mekanisme menurut para ahli, yaitu : karang masif tersebut lebih toleran terhadap naungan dan tumbuh pd
perairan yg lebih dalam, dimana kompetisi berkurang di bawah kondisi cahaya rendah, sehingga memungkinkan atau menberi peluang bagi mereka
utk survive.
Kenyataan ini sebaliknya
menyebabkan terjadi peningkat an keragaman spesies menurut kedalaman. Tampkanya hal ini tidak hanya
terjadi pd karang tetapi juga pd anggo ta fauna terumbu karang lain.
Kompetisi interspesifik lebih kompleks karena dapat
ber ubah-ubah secara geografis dan
temporal serta dipenga ruhi berbagai faktor lain seperti predasi, gangguan
dan perubahan kondisi lingkungan. Contoh:
• Rangking hirarhis dari spesies
karang berdasarkan pd
agresif menggunakan
filamen-filamen mesenterial ada-
lah berbeda di Jamaica dan
Bermuda
• Pada interaksi Povona-Pocillopora,
ternyata hierarhis filament mesenterial
menempatkan Pavona pada rangking atas
• Tetapi bila didasarkan pada
hierarhis “sweeper tentac-les” maka Pocillopora berada pada rangking pertama.
Kategori kompetisi tbt mungkin juga mendekripsi kompetisi antara karang dan ruang yg
ditempati avertebrata lain di areal terumbu. Contoh :
Samarco & Coll (1992) mendeskripsikan hambatan pertum buhan & nekrosis jaringan diantara karang scleractinian sbg hasil kompetisi yg
dialami dgn karang lunak.
Dalam kasus ini tampaknya
nekrosisi jaringan karang scle ractinian itu terjadi melalui cairan kimiawi yg dikeluarkan oleh karang
lunak.
Kenyataan serupa telah
diketahui bahwa spons mengham hambat pertumbuhan karang, dan bahan kimiawi yg dipro duksi oleh spons telah terimplikasi sbg mekanisme kompe titif yg menyebabkan spons utk mengambil alih / menem- pati ruang yg sedianya
ditempati oleh karang.
Interaksi kompetitif tidak
hanya terbatas antar karang atau antara karang dan organisme terumbu, ada pula
interaksi kompetitif antar taksa invertebrata lainnya.
Contoh : Whale (1980) dalam Nybakken (2001)
mendeskrip sikan suatu situasi dimana 2
spesies hydrocoral dr genus Millepora tumbuh secara langsung melewati
jenis gorgo- nia Plexaura homomalia
dan Briareum asbestinum diman setelah beberapa bulan tumbuh menutupi gorgonia tsb secara penuh.
Sama halnya yg disedkripsikan
oleh Karlson (1980) dalam Nybakken (2001) dimana jenis Zoanthid: Polythoa caribae orum & suatu sejenis gorgonia agresif
yakni Erythropo - dium caribaeorum yg tumbuh melampaui dan menutupi jenis zoanthid Zoanthus
solanderi.
Tampak makin jelas seperti
diungkapkan para ahli bahwa berbagai interaksi kompetitif
anara karang & dengan klo - nal lain serta koloni-koloni taksa invertebrata
sesil sangat kompleks & melibatkan multi
mekanisme.
Interaksi-interaksi tsb dpt
berubah-ubah menurut waktu & ruang serta mungkin
termodifikasi oleh pengaruh-penga- ruh, geografi, dan predasi yang spertinya resultante struk tur komunitas sulit untuk diprediksi.
Akhirnya kebanyakan dr hsl
interaksi kompetitif tsb dpt juga tetap, berbalik dan
bahkan koeksisten kompetitif dan eksklusi kompetitif.
Kompetisi hanya suatu mekanisme
yg memberi sumbang an terhadap keragaman terumbu
karang, struktur & pola-pola zonasi terumbu.
No comments:
Post a Comment
Tuliskan masukan anda