Pasut
Pasang Surut
Sekali
atau dua kali dalam sehari terjadi kenaikan dan penurunan dari pasut dan
variasi jangka panjangnya dapat diramalkan dari semua gejala fenomena
oseanografi. Air akan naik menuju pantai selama banjir pasang dan turun selama
air surut. Ketika gelombang berhubungan dengan pasut internal di laut dalam
menumbuk gunung laut, bubungan, atau sisi samudra, gelombang pecah dan menjadi
pengaduk, menjadi sumber penghilang gelombang di laut dalam (Talley, el al., 2000).
Jika kita berada di dekat pantai
beberapa waktu lamanya, maka kita lihat bahwa muka laut akan senantiasa
berubah-ubah (naik-turun secara teratur), bahkan dapat dikatakan bahwa muka air
laut naik-turun secara periodik. Gejala inilah yang disebut pasang surut laut
(Aziz, 2006).
Macam-macam Pasang Surut
Pasang
yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai spring tide, sedangkan yang
mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai neap tide.Biasanya terjadi dua siklus
lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan baru (new moon) dan bulan penuh (full moon). Sdangkan neap tide terjadi
pada waktu perempatan bulan purnama dan perempatan bulan ketiga (Hutabarat,
dkk., 2008).
Ketika
bumi, bulan, dan matahari dalam satu baris, dan juga bulan di posisi kebalikan
matahari, pasang matahari dan bulan menguatkan satu sama lain menciptakan pasang yang sangat besar
(kesejajaran posisi ini disebut syzygy).
Pasang ini disebut dengan spring tide. Ketika bulan dalam posisi tegak lurus
terhadap poros bumi-matahari, pasang bulan dan pasang matahari tidak saling
mendukung satu sama lain dan dua periode pasang naik minimum terjadi. Hal ini
disebut deap tide (Talley, et al.,
2011).
Faktor Pasang Surut
Pasang
surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek
sentrifugal adalah dorongan ke arahluar pusat rotasi. Gravitasibervariasi
secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak.
Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua
kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut
laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik
gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua
tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari
tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi
dan bidang orbital bulan dan matahari
(Triatmodjo, 1999).
Pergerakan
massa air atau dikenal dengan arus
merupakan fenomena yang sangat
kompleks. Hal ini berkaitan dengan besarnya variasi dari faktor-faktor
pengontrol terjadinya arus di perairan (Davis Jr. 1972).
Manfaat Pasang
Surut di Bidang Kelautan dan Perikanan
Metode
admiralty merupakan metode yang digunakan menghitung konstanta pasang surut
harmonik dari pengamatan ketinggian air laut tiap jam selama 29 piantan (29
hari). Metode ini digunakan untuk menentukan Muka Air Laut Rerata (MLR) harian,
bulanan, tahunan atau lainya (Suyarso, 1989).
Organism yang ditemukan di estuaria
merupakan suatu komunitas campuran dari organism air tawar dan laut. Hal ini
tampak pada jenis ikan yang terdaapat pada estuaria. Salah satu bagian estuaria
berupa muara sungai selalu dipengaruhi oleh pasang surut. Adanya pasang surut
ini akan mempengaruhi kehidupan biota di dareah tersebut. Biota-biota yang
hidup di daerah ini adalah biota yang mempunyai toleransi tinggi terhadap
perubahan lingkungan yang besar, ditandai dengan jumlah jenis yang sedikit dan
ukuran kelompokan yang besar (Genisa, 2003).
Komponen dan
Bilangan Formzahl
Menurut
Benyamin (2007), konstanta harmonik pasut yang merupakan hasil dari
pengolahan data pasut dapat digunakan
unuk penentuan tipe pasut yang terjadi di suatu perairan dengan menentukan
perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasang surut
tunggal utama dengan unsur-unsur pasang surut ganda utama menggunakan bilangan
formzahl dengan mengacu pada persamaan berikut:
F = (O1+ K1)
/ (M2+ S2)
Keterangan :
F : bilangan formzahl
O1 : amplitude komponen pasang surut tunggal
utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan.
K1 :amplitudo komponen pasang surut tunggal
utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari.
M2 :amplitudo komponen pasang surut ganda
utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan.
S2 : amplitudo komponen pasang surutganda
utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
2.2.6. TMD
Elevasi
gelombang pasang surut, digunakan sebagai input syarat batas, diperoleh dari
peramalan pasang surut menggunakan Tide Model Driver (TMD) yang diinterpolasi
sehingga diperoleh data elevasi di setiap langkah waktu dari lima belas titik
yang diposisikan di batas terbuka. Data TMD merupakan elevasi dan kecepatan
setiap jam dari tiap komponen pasang surut di titik-titik yang diinginkan. Dari
hasil perhitungan TMD dapat diperoleh informasi konstanta harmonic pasang surut
( Nurdjaman, 2012)
Tidal
Modal Driver (TMD) adalah perangkat lunak /software yang dapat digunakan untuk
melakukan ramalan (prediksi) ketinggian pasut dipermukaan bumi dengan platform
Matlab, Software ini dikembangkan pada tahun 2003 di Universitas Oregon State
Amerika Serikat secara global, software tersebut menggunakan
konstanta-konstanta pasut yang telah di generate secara global dan berbagai
sumber. Untuk mendapatkan gambaran kondisi pasut sepanjang tahun didaerah
lokasi kegiatan. Konstanta pasut yang digunakan dalam pemodelan TMD untuk dapat
memberikan hasil prediksi selama 365 hari pada tahun 2010. TMD menggunakan
konstanta pasut m2 s2 k1 n2 p1 k2 q1 dalam menghitung prediksi ketinggian pasut
di suatu titik ( Ramdhan, 2011).
Data
pasang surut diperoleh dari model pasut global TMD (the tide model driver)
dengan resolusi 1/4° x 1/4° berdasarkan 8 komponen pasang surut (M2, S2, N2,
K2, K1,O1, P1, dan Q1) yang dikembangkan oleh Padman & Erofeeva (2005),
sedangkan data angin dan tekanan udara dengan interval 6 (enam) jam-an dan
resolusi 2,5° x 2,5° diperoleh dari NCEP (National Centers for Environmental
Prediction). Selanjutnya, kemampuan model untuk menghitung fenomena naiknya air
laut ke darat (a wetting and drying - WAD capabilities) digunakan untuk
mensimulasikan fenomena run-up dan besarnya genangan (inundation)
dari storm tide tersebut (Ningsih et al , 2011).
NAOTide
Data
pasang surut yang digunakan dalam input model adalah data yang berasal dari NAO
Tide. Data ini dikembangkan oleh NAO (National Astronomical Observatory)
Jepang pada tahun 1999. Model perangkat lunak ini dikembangkan untuk
memprediksi elevasi muka air dari pasang surut (arah vertikal). Masukan NAO
Tide berupa posisi geografis lokasi yang ditinjau dan waktu prediksi yang
diinginkan. NAO Tide memodelkan pasang surut global yang dibangun dari
perpaduan antara data altimeter satelit Topex/Poseidon dengan model
hidrodinamik. konstituen utama pasang surut yang digunakan dalam NAO Tide
meliputi M2, S2, K1, O1, N2, P1, K2, Q1, M1, J1, OO1, 2N2, Mu2, Nu2, L2, dan T2
(Surendro, 2012).
Data
pasang surut yang digunakan dengan menggunakan data peramalan NAO 99b (
National Astronomical Observatory, Jepang) NAO Tide merupakan suatu model
peramalan pasang surut global dengan resolusi 1/2PoP x 1/2PoP merupakan data
asimilasi dari TOPEX/Poseidon selama 5 tahun. Data pasut digunakan sebagai
batas terluar model (open boundary condition). Pada model digunakan empat batas
terluar. Data pasang surut dari NAO Tide diinterpolasi menjadi tiap 5 detik
(sesuai dengan langkah waktu) menggunakan cubic spline untuk mendapatkan
stabilitas model ( Nurjaya,2010).
Admiralty
Metode
admiralty merupakan metode yang digunakan menghitung konstanta pasang surut
harmonik dari pengamatan ketinggian air laut tiap jam selama 29 piantan (29
hari). Metode ini digunakan untuk menentukan Muka Air Laut Rerata (MLR) harian,
bulanan, tahunan atau lainya (Suyarso, 1989).
Metode
yang digunakan dalam pengolahan data pasang surut, yaitu metode Admiralty.
Metode Admiralty merupakan metode yang dikembangkan oleh A. T. Doodson untuk
menganalisis data pasang surut jangka pendek (15 dan 29 hari/piantan). Adapun
tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola perambatan pasang surut,
menganalisa komponen harmonik pasang surut serta mengetahui tipe pasang surut
di alur pelayaran Sungai Musi dengan menggunakan metode Admiralty (Nurisman, 2011).
No comments:
Post a Comment
Tuliskan masukan anda