Sunday, April 8, 2018

Pasang Surut Air laut (Pasut)


 Pasut                  

Pasang Surut

Sekali atau dua kali dalam sehari terjadi kenaikan dan penurunan dari pasut dan variasi jangka panjangnya dapat diramalkan dari semua gejala fenomena oseanografi. Air akan naik menuju pantai selama banjir pasang dan turun selama air surut. Ketika gelombang berhubungan dengan pasut internal di laut dalam menumbuk gunung laut, bubungan, atau sisi samudra, gelombang pecah dan menjadi pengaduk, menjadi sumber penghilang gelombang di laut dalam (Talley, el al., 2000).

            Jika kita berada di dekat pantai beberapa waktu lamanya, maka kita lihat bahwa muka laut akan senantiasa berubah-ubah (naik-turun secara teratur), bahkan dapat dikatakan bahwa muka air laut naik-turun secara periodik. Gejala inilah yang disebut pasang surut laut (Aziz, 2006).

 Macam-macam Pasang Surut

Pasang yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai spring tide, sedangkan yang mempunyai tinggi maksimum dikenal sebagai neap tide.Biasanya terjadi dua siklus lengkap setiap bulan yang berhubungan dengan fase bulan baru (new moon) dan bulan penuh (full moon). Sdangkan neap tide terjadi pada waktu perempatan bulan purnama dan perempatan bulan ketiga (Hutabarat, dkk., 2008).
Ketika bumi, bulan, dan matahari dalam satu baris, dan juga bulan di posisi kebalikan matahari, pasang matahari dan bulan menguatkan satu sama  lain menciptakan pasang yang sangat besar (kesejajaran posisi ini disebut syzygy). Pasang ini disebut dengan spring tide. Ketika bulan dalam posisi tegak lurus terhadap poros bumi-matahari, pasang bulan dan pasang matahari tidak saling mendukung satu sama lain dan dua periode pasang naik minimum terjadi. Hal ini disebut deap tide (Talley, et al., 2011).
 Faktor Pasang Surut

            Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arahluar pusat rotasi. Gravitasibervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan  dan matahari (Triatmodjo, 1999).
            Pergerakan massa air atau dikenal dengan arus  merupakan fenomena yang  sangat kompleks. Hal ini berkaitan dengan besarnya variasi dari faktor-faktor pengontrol terjadinya arus di perairan (Davis Jr. 1972).

Manfaat Pasang Surut di Bidang Kelautan dan Perikanan

            Metode admiralty merupakan metode yang digunakan menghitung konstanta pasang surut harmonik dari pengamatan ketinggian air laut tiap jam selama 29 piantan (29 hari). Metode ini digunakan untuk menentukan Muka Air Laut Rerata (MLR) harian, bulanan, tahunan atau lainya (Suyarso, 1989).

            Organism yang ditemukan di estuaria merupakan suatu komunitas campuran dari organism air tawar dan laut. Hal ini tampak pada jenis ikan yang terdaapat pada estuaria. Salah satu bagian estuaria berupa muara sungai selalu dipengaruhi oleh pasang surut. Adanya pasang surut ini akan mempengaruhi kehidupan biota di dareah tersebut. Biota-biota yang hidup di daerah ini adalah biota yang mempunyai toleransi tinggi terhadap perubahan lingkungan yang besar, ditandai dengan jumlah jenis yang sedikit dan ukuran kelompokan yang besar (Genisa, 2003).

Komponen dan Bilangan Formzahl

            Menurut Benyamin (2007), konstanta harmonik pasut yang merupakan hasil dari pengolahan data  pasut dapat digunakan unuk penentuan tipe pasut yang terjadi di suatu perairan dengan menentukan perbandingan antara amplitudo (tinggi gelombang) unsur-unsur pasang surut tunggal utama dengan unsur-unsur pasang surut ganda utama menggunakan bilangan formzahl dengan mengacu pada persamaan berikut:
F = (O1+ K1) / (M2+ S2)
Keterangan :
F          : bilangan formzahl 
O1       : amplitude komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan.
K1       :amplitudo komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari.
M2       :amplitudo komponen pasang surut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan.
S2        : amplitudo komponen pasang surutganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari

2.2.6. TMD
            Elevasi gelombang pasang surut, digunakan sebagai input syarat batas, diperoleh dari peramalan pasang surut menggunakan Tide Model Driver (TMD) yang diinterpolasi sehingga diperoleh data elevasi di setiap langkah waktu dari lima belas titik yang diposisikan di batas terbuka. Data TMD merupakan elevasi dan kecepatan setiap jam dari tiap komponen pasang surut di titik-titik yang diinginkan. Dari hasil perhitungan TMD dapat diperoleh informasi konstanta harmonic pasang surut ( Nurdjaman, 2012)

            Tidal Modal Driver (TMD) adalah perangkat lunak /software yang dapat digunakan untuk melakukan ramalan (prediksi) ketinggian pasut dipermukaan bumi dengan platform Matlab, Software ini dikembangkan pada tahun 2003 di Universitas Oregon State Amerika Serikat secara global, software tersebut menggunakan konstanta-konstanta pasut yang telah di generate secara global dan berbagai sumber. Untuk mendapatkan gambaran kondisi pasut sepanjang tahun didaerah lokasi kegiatan. Konstanta pasut yang digunakan dalam pemodelan TMD untuk dapat memberikan hasil prediksi selama 365 hari pada tahun 2010. TMD menggunakan konstanta pasut m2 s2 k1 n2 p1 k2 q1 dalam menghitung prediksi ketinggian pasut di suatu titik ( Ramdhan, 2011).
            Data pasang surut diperoleh dari model pasut global TMD (the tide model driver) dengan resolusi 1/4° x 1/4° berdasarkan 8 komponen pasang surut (M2, S2, N2, K2, K1,O1, P1, dan Q1) yang dikembangkan oleh Padman & Erofeeva (2005), sedangkan data angin dan tekanan udara dengan interval 6 (enam) jam-an dan resolusi 2,5° x 2,5° diperoleh dari NCEP (National Centers for Environmental Prediction). Selanjutnya, kemampuan model untuk menghitung fenomena naiknya air laut ke darat (a wetting and drying - WAD capabilities) digunakan untuk mensimulasikan fenomena run-up dan besarnya genangan (inundation) dari storm tide tersebut (Ningsih et al , 2011).

NAOTide
            Data pasang surut yang digunakan dalam input model adalah data yang berasal dari NAO Tide. Data ini dikembangkan oleh NAO (National Astronomical Observatory) Jepang pada tahun 1999. Model perangkat lunak ini dikembangkan untuk memprediksi elevasi muka air dari pasang surut (arah vertikal). Masukan NAO Tide berupa posisi geografis lokasi yang ditinjau dan waktu prediksi yang diinginkan. NAO Tide memodelkan pasang surut global yang dibangun dari perpaduan antara data altimeter satelit Topex/Poseidon dengan model hidrodinamik. konstituen utama pasang surut yang digunakan dalam NAO Tide meliputi M2, S2, K1, O1, N2, P1, K2, Q1, M1, J1, OO1, 2N2, Mu2, Nu2, L2, dan T2 (Surendro, 2012).

            Data pasang surut yang digunakan dengan menggunakan data peramalan NAO 99b ( National Astronomical Observatory, Jepang) NAO Tide merupakan suatu model peramalan pasang surut global dengan resolusi 1/2PoP x 1/2PoP merupakan data asimilasi dari TOPEX/Poseidon selama 5 tahun. Data pasut digunakan sebagai batas terluar model (open boundary condition). Pada model digunakan empat batas terluar. Data pasang surut dari NAO Tide diinterpolasi menjadi tiap 5 detik (sesuai dengan langkah waktu) menggunakan cubic spline untuk mendapatkan stabilitas model ( Nurjaya,2010).


Admiralty
            Metode admiralty merupakan metode yang digunakan menghitung konstanta pasang surut harmonik dari pengamatan ketinggian air laut tiap jam selama 29 piantan (29 hari). Metode ini digunakan untuk menentukan Muka Air Laut Rerata (MLR) harian, bulanan, tahunan atau lainya (Suyarso, 1989).
            Metode yang digunakan dalam pengolahan data pasang surut, yaitu metode Admiralty. Metode Admiralty merupakan metode yang dikembangkan oleh A. T. Doodson untuk menganalisis data pasang surut jangka pendek (15 dan 29 hari/piantan). Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pola perambatan pasang surut, menganalisa komponen harmonik pasang surut serta mengetahui tipe pasang surut di alur pelayaran Sungai Musi dengan menggunakan metode Admiralty (Nurisman, 2011).

No comments:

Post a Comment

Tuliskan masukan anda