Wednesday, March 28, 2018

Laporan Praktikum Fitoplankton (Phytoplakton) - Tanjung Martha Alfons

DRAF
BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang  
Tanjung Martha Alfons merupakan tanjung yang terletak di Teluk Ambon, Pulau Ambon, Provinsi Maluku yang merupakan wilayah perairan dengan potensi sumberdaya perairan yang cukup besar untuk dikembangkan, perairan teluk ambon selain digunakan sebagai jalar lalu lintas kapal-kapal kecil, juga merupakan areal penangkapan potensi ikan. Akan tetapi sejalan dengan meningkatnya dinamika perkembangan dan pembangunan yang terjadi disekitar perairan Teluk Ambon, perairan ini mendapat tekanan aktifitas masyarakat seperti limbah rumahtangga, buangan minyak dari speed boad, sampah pasar, dan run off dari daratan yang tentunya mempengaruhi kondisi kesuburan perairan serta parameter hidrologi di Teluk Ambon.
Salah satu sumberdaya laut yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan produktifitas perairan laut adalah organisme plankton khususnya fitoplankton merupakan produser primer utama dan sebagai dasar dari rantai makanan di laut, dengan demikian banyak sedikitnya fitoplankton dapat menjadi indikator kesuburan suatu perairan. Selain itu Jenis-jenis pankton yang baik untuk dikomsumsi organisme lainnya yang terdapat disuatu perairan juga dapat dikembangkan menjadi areal budidaya dan penangkapan ikan-ikan.
Fitoplankton dapat ditemukan diseluruh perairan mulai dari permukaan sampai pada kedalaman dimana intensitas cahaya matahari masih memungkinkan terjadinya fotosintesa, besarnya dimensi ruang zona eufotik yang menjadi habitat fitiplankton menyebabkan organisme ini berfungsi sebagai tumbuhan yang paling penting didalam ekosistem di laut (Lalli and Parsons, 1997). Di laut 90% fotosintesis dilakukan oleh fitoplankton dan 10% oleh makro alga bentik.
Penelitian tentang komposisi jenis dan kelimpahan fitoplankton di perairan Teluk Ambon sudah banyak dilakukan dari tahun ketahun dan sudah bayak juga yang dipublikasikan, komposisi taksonoi fitoplankton pada kolom air tertentu bervariasi sepanjang waktu, dimana disuatu taksa secara temporer sangat banyak bahkan melimpah pada peristiwa red tide dan HABs. Penelitian tentang fitoplankton di Teluk Ambon tidak terbatas makadari itu penting untuk mempelajari komposisi dan kelimpahan fitoplankton yang merupakan produser primer dan merupakan organisme penentu kualitas kesuburan perairan.
1.2  Tujuan Praktikum
a.       Menerapkan dan mengetahui cara sampling vertikal dan horizontal plankton khususnya fitoplankton
b.      Mengidentifikasi jenis dan keragaman fitoplankton
c.       Menghitung kelimpahan jenis dan keragaman fitoplankton secara horizontal dan vertikal
1.3  Manfaat Praktikum
a.       Mengetahui cara sampling pankton dengan baik dan benar
b.      Mengetahui cara mengidentifikasi dengan benar
c.       Mengetahui cara menghitung kelimpahan jenis fitoplankton
d.      Mengetahui distribusi vertikal dan horizontal fitoplankton
e.       Mengetahui kualitas kesuburan perairan
BAB II
 METODE PRAKTIKUM
2.1. Alat dan Bahan
Di lapangan
No
Alat Dan Bahan
Kegunaan
1
GPS
Menentukan titik kordinat lokasi
2
Net Plankton (D = 30 cm)
Menangkap dan mengumpulkan sampel Plankton
3
Secchi disk
Mengukur Kecerahan dan Kualitas Air
4
Termometer suhu
Mengukur suhu air laut dan udara
5
Refraktor meter
Mengukur salinitas
6
Tali & pemberat
Mengikat dan menarik plankton net dan Secchi disk
7
Kantung & botol sampel
Tempat sampel tersaring
8
Gayung & ember
Membilas plankton net
9
Speed boat
Sebagai Kendaraan kelokasi stasiun
10
Stopwatch
Menghitung lama waktu penarikan
Di laboratorium
No
Alat Dan Bahan
Kegunaan
1
Microskop & sedgwich raffer
Menentukan dan melihat keragaman jenis fitoplankton
2
Formalin 10%
Mengawetkan sampel
3
Tabung ukuran & botol sampel
Mengukur volume sampel endapan
4
Sampel endapan fitoplankton
Sebagai sampel untuk diidentifikasi
5
Buku identifikasi fitoplankton
Untuk menentukan dan memberi nama dari sampel
6
Pipet tetes
Untuk mengambil sampel dari tabung beberapa ml

Tabel 1. Alat dan Bahan
2.2. Sampling Lapangan
            Penelitian dilakukan pada pagi hari pukul 08.30 WIT dengan menggunakan speed boad setelah perlengkapan telah lengkap, dimana dilakukan dua metode pengambilan sampel horizontal dan vertikal. Pada saat metode pengambilan sampel horizontal jaring plankton diturunkan beberapa centi dipermukaan perairan kemudian ditarik dengan kecepatan 3 knot dalam waktu 3 menit kemudian diangkat, dibilas sebanyak tiga kali, dan kemudian pindahkan dari buket kedalam kantung plastik (Lampiran 1). Dan untuk metode pengambilan sampel secara vertikal, jaring plankton diturunkan pada kedalam 15 meter kemudian ditarik keatas secara perlahan kemudian diangkat, dibilas sebanyak tiga kali, dan kemudian pindahkan dari buket kedalam kantung plastik (Lampiran 2), setelah itu diberi label pada masing masing sampel untuk menghindari kekeliruan pada identifikasi selanjutnya. Selain itu, pengambilan sampel juga mengukukur beberapa parameter seperti suhu udara 28˚C, suhu permukaan laut 30˚C, salinitas 30 PSU, dan kecerahan 6 meter menggunakan masing-masing alat dengan metode yang berbeda (Lampiran 3).
2.3. Metode Analisa Lab
            Di laboratorium, sampel yang diperoleh diberikan formalin sebanyak 10% yang kemudian diendapkan selama 24 jam untuk mengukur volume endapannya (Lampiran 4). Identifikasi fitoplankton dilakukan menggunakan beberapa alat dan dengan metode yang benar serta proses pengidentifikasi didasarkan pada buku petunjuk identifikasi fitoplankton. Dalam mengidentifikasi fitoplankton sampel yang digunakan yaitu 1 ml volume dari endapan, kemudian dilihat dan dianalisa menggunakan microskop, keragaman jenis yang telah dianalisa kemudian dicatat dan diberikan penamaan berdasarkan bentuk dan ciri tubuhnya (lampiran 4).
2.4. Metode Analisa Data
            Volume air tersaring dihitung menggunakan persamaan :
π r2 L
Dimana :    V  = Volume air tersaring (m3)
                   Π  = konstanta 3,14 atau 22/7
                   r    = Jari-jari (m)
                   L   = Jarak yang ditempuh oleh jaring (m)
            Kelimpahan fitoplankton dihitung dengan mengunakan persamaan menurut Perry (2003) yang dimodifikasi menjadi :
Dimana :    B  = Kelimpahan sel fitoplankton (sel/meter3)
                   np = Jumlah sel fitoplankton yang telah dianalisa
                   nv = Volume air pengenceran yang telah diendapkan
                   V  = Volume air tersaring (m3)
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Deskripsi Lokasi
Lokasi penelitian pada kawasan Tanjung Martha Alfons di Teluk Ambon Bagian Dalam, Pulau Ambon, Maluku.  Secara topografi Tanjung Martha Alfons memiliki bentuk pantai yang landai seperti jurang dengan kedalaman + 15 m,  Tanjung Martha Alfons juga terletak berdekatan dengan ambang Teluk Ambon Bagian Dalam dan Teluk Ambon Bagian Luar yang dipisahkan oleh Jembatan Merah Putih. Secara geografis lokasi pengambilan sampel pada metode horizontal berada diantara S030 39’ 40,1”  E 1280 12’04,3” sampai S 030 39 31,5” E 1280 11’ 59,7” dan untuk metode pengambilan sampel secara vertikal berada diantara S030 39’ 43,4”  E 1280 11’50,0”  sampai S.030 39’ 44,91”  E 1280 11’46,5”. Pengambian sampel dilakukan pada pagi hari pukul 08.30 WIT  Cuaca cerah  dan gelombang yang cukup kecil.
3.2. Parameter Hidrologi
a. Suhu
 Suhu merupakan suatu faktor yang mempengaruhi  dalam pembentukan pertumbuhan dan keragaman dari plankton, suhu air laut pada saat penganbilan sampel untuk metode horizontal dan vertikal adalah 300C dikarenakan juga pengambilan sampel pada pagi hari. Suhu diatas merupakan suhu yang cukup ideal bagi pankton.
b. Salinitas
Salinitas diketahui juga merupakan faktor yang mempengaruhi kehidupan dari plankton dalam penyesuaian densitas mulai dari daya apung dan daya tenggelam untuk kegiatan MVH. Nilai salinitas air laut pada saat dilakukannya sampling dengan metode horizontal maupun vertikal adalah 30 PSU, yang tergolong dalam nilai salinitas yang cukup baik bagi plankton.
c. Kecerahan
            Kecerahan air laut berkaitan dengan kemampuan penetrasi cahaya matahari dan molekul-molekul yang tersusun dilapisan badan air. Sinar matahari merupakan faktor pembatas yang sangat penting kehidupan plankton karena banyak plankton yang habitat hidupnya tergantung pada cahaya untuk makan dan untuk bersembunyi, sebagai contoh pada plankton yang melakukan kegiatan migrasi vertikal harian selama 24 jam. Pada saat pengukuran nilai kecerahan yang didapat adalah pada kedalaman 6 m. Nilai tersebut menunjukan kualitas kecerahan air yang cukup ideal.
3.4. Komposisi Fitoplankton
Kompoposisi Jenis Fitoplankton Pada Sampling Horizontal

No
Filum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Jumlah
1
Chrysophyta
Chaetoceros
135
2
Ceratium
24
3
Bacillariophyta
Rizosolenia
14
4
Bakteriastrum
37
5
Peridiniales
Peridinium
1
6
Pseudo-ritzschia
1
7
Nitzschia
2
8
Coscinodiscophyceae
Coscinodiscus
2
9
Thalassiosira
1
10
Prorocentrum
1
Tabel 2. Komposisi Fitoplankton Pada Sampling Horizontal

Kompoposisi Jenis Fitoplankton Pada Sampling Vertikal
No
Filum
Kelas
Ordo
Family
Genus
Jumlah
1
Chrysophyta
Chaetoceros
182
2
Ceratium
10
3
Bacillariophyta
Thalassionema
265 
4
Miozoa
Dinophyceae
Dinophysiales
Dinophysiaceae
Dinophyscis
2
5
Bakteriastrum
31
6
Dytilum
1
7
Trichodesmium
1
8
Prorocentrum
1
9
9
10
Navicula
3
11
Bacillariophyta
Rizosolenia
19
12
Thalassiosira
 1
13
 2
14
Pleurosigma
 3
15
 3

Tabel 3. Komposisi Fitoplankton Pada Sampling Vertikal

            Berdasarkan hasil analisa komposisi fitoplankton yang diperoleh pada kedua sampel horizontal maupun vertikal, maka terlihat 3 kelas,  8 ordo, 8 family dan 10 genus  pada sampel horizontal serta 6 kelas, 11 ordo, 14 family dan 15 genus pada sampel vertikal. Pada sampel  horizontal maupun sampel vertikal  fitoplankton lebih didominasi dari kelas Bacillariophyceae yang merupakan kelompok dari (Diatom).
            Parsons et al, (1984) mengemukakan bahwa umumnya Bacillariophyceae mendominasi seluruh perairan dunia, kondisi ini juga deipengaruhi oleh kemampuan reproduksi dari Bacillariophyceae yang lebih besar dibanding dengan kelompok fitoplankton yang lain. Misalnya pada saat terjadi peningkatan zat hara Bacillariophyceae dapat melakukan pembelahan sebanyak 5-6 kali dalam 24 jam sedangkan dinoflagelata hanya mampu melakukan 1 kali dalam 24 jam. Dengan demikian Bacillariophyceae memanfaatkan zat hara lebih banyak dibanding dengan kelas lainnya.







Fachrul, M.F,. H Haeruman, L.C. Sitepu, 2005. Komunitas Fitoplankton Sebagai

Indikator Perairan Telu Jakarta, Seminar Nasional MIFA, UI, Depok

Erubun I, 2003. Komposisi Dan Kepadatan Fitoplankton Di Perairan Teluk Ambon, Skripsi FPIK, 46 hal
Erubun I, 2003. Komposisi Dan Kepadatan Fitoplankton Di Perairan Teluk Ambon, Skripsi FPIK, 46 hal
Boogis, p. 1975 Marine Plankton Ecology North Holland Publishing Company Amsterdam, 297 p.
Dwiono, S.A.P. dan D.I. Rahayu. 1984. Studi Pendahuluan Fitoplankton Di Teluk Ambon Bagian Dalam, Oceanografi Di Indonesia 18 : 55-61

No comments:

Post a Comment

Tuliskan masukan anda