Saturday, December 31, 2022

Penajaman Citra--

Penajaman citra (image enhancement) meliputi semua operasi yang menghasilkan citra ‘baru’ dengan kenampakan visual dan karakteristik spektral yang berbeda. Di samping penajaman citra, ada lagi jenis operasi yang disebut pemfilteran (filtering). Pada beberapa pustaka (misalnya Niblack, 1986; dan Mulder dan Kostwinder, 1987) kedua teknik ini tidak dikelompokan dalam satu kelompok operasi yang disebut penajaman citra. Pada umumnya para penulis yang mempunyai latar belakang bukan ilmu kebumian cenderung mengelompokan pemfilteran sebagai teknik terpisah dari teknik-teknik penajaman karena efek yang dihasilkan dan filosofinya pun berbeda dari teknik-teknik penajaman yang lain. Namun ada pula beberapa penulis yang menyatukan teknik penajaman dan pemfilteran sebagai satu kelompok operasi penajaman.

Penajaman Kontras
Penajaman kontras (contrast enhancement) diterapkan untuk memperoleh kesan kontras citra yang lebih tinggi. Hal ini dapat dilakukan dengan mentransformasi seluruh nilai kecerahan dan memberikan hasil berupa citra dengan nilai maksimum baru yang lebih tinggi dari nilai maksimum awal, dan nilai minimum baru yang (pada umumnya) lebih rendah dari nilai minimum awal. Secara visual, hasil ini berupa citra baru yang variasi hitam-putihnya lebih menonjol sehingga tampak lebih tajam dan memudahkan proses interpretasi. Algortitma penajaman kontras ini dapat di kelompokan menjadi dua, yaitu perentangan kontras (contrast stretching) dan ekualisasi histogram (histogram equalization). Masing-masing algoritma dijelaskan sebagai berikut ini.

Perentangan Kontras
Kontras citra dapat dimanipulasi dengan merentang nilai kecerahan pikselnya. Perentangan yang efektif dapat dilakukan dengan memperhatikan bentuk histogramnya. Citra asli, yang biasanya mempunyai julat nilai lebih sempit 0- 255, perlu direntang sehingga kualitas citranya menjadi lebih baik. Hasil perentangan ini adalah citra baru, Terdapat beberapa cara untuk merentang kontras citra. Cara paling sederhana ialah dengan mengalikan citra tersebut, misalnya dengan faktor pengali p. Citra X dengan julat nilai kecerahan 0-21, bila dikalikan dengan faktor  p = 3 menghasilkan citra X’ dengan julat 0-63. Pada pengaturan warna hitam-putih, citra baru ini akan tampak lebih kontras karena julatnya semakin lebar. Nilai maksimum lama, yaitu 21, yang tampak gelap ditransformasi manjadi nilai maksmimum baru, 63, yang tampak jauh lebih cerah; sedangkan nilai minimum dijaga tetap. Cara lain adalah suatu pengondisian. Perentangan dilakukan pada julat diantara nilai maksimum dan nilai minimum. Misalnya citra X {0..21} akan direntang menjadi citra X” {0..255}, tetapi dengan mengambil nilai 3 sebagai nilai masukan minimum dan 19 sebagai nilai masukan maksimum. Dalam hal ini, nilai asli pada citra X {0..21} yang <= akan menjadi 0 pada citra baru, dan nilai asli yang >= 9 akan menjadi 255.Transformasinya adalah sebagai berikut : BV output = (BV input – BV  min ) / (BV  maks – BV  min ) * 255  BV  output adalah nilai kecerahan baru hasil transformasi, BV input adalah sembarang nilai kecerahan piksel pada citra yang menjadi masukan, BV maks adalah nilai kecerahan maksimum piksel pada citra asli. Nilai koefisien 0-255 (kecerahan maksimum). Apabila menghendaki nilai maksimum piksel hasil transformasi sebesar 200 maka nilai 255 tersebut dapat diganti dengan 200. Pada persamaan ini, jika BV  output ternyata negatif maka nilai baru akan diatur menjadi sama dengan 0. Begitu pula  apabila BV output > 255 maka nilai baru akan diatur menjadi 255. Operasi perentangan kontras ini dapat dibalik sehingga menghasilkan citra baru yang lebih sempit julatnya dan disebut sebagai pemampatan kontras (contrast compression). Baik perentangan maupun pemampatan kontras mengubah nilai kecerahan piksel satu demi satu, tanpa melibatkan nilai piksel yang berdekatan (piksel tetangga). Oleh karena itu, operasi ini disebut sebagai operasi global, yang secara konseptual berbeda dengan operasi lokal atau operasi fokal (ketetanggaan) melalui teknik pemfilteran. Pada kebanyakan perangkat lunak pengolah citra untuk keperluan publishing, biasanya citra ditampilkan sudah dalam keadaan terentang dengan menggunakan nilai default 1% atau 2%. Nilai default ini pun biasanya dapat diubah sesuai dengan kebutuhan analis.  Atas : Citra asli Landsat Thematic Mapper wilayah Semarang saluran 3 (merah); bawah : citra dipertajam melalui teknik perentangan kontras secara linier dengan cut-off dan  saturation 1%.

Ekualisasi Histogram
Teknik penajaman kontras yang telah diuraikan diatas adalah suatu teknik penajaman kontras linier. Selain linear stretching ini, ada lagi teknik penajaman dengan cara ekualisasi histogram ini dapat dibagi menjadi tiga tahap. Pertama, dilakukan penghitungan untuk menurunkan histogram citra yang akan dipertajam. Kedua, si operator kemudian menentukan jumlah kelas kecerahan yang baru (misalnya 32). Data BV seluruh cutra nantinya akan didistribusikan kembali ke masing-masing kelas tersebut. Ketiga, program akan menghitung dan menandai piksel demi piksel, untuk kemudian mengelompokan mereka masing-masing dalam jumlah yang kurang lebih sama ke tiap kelas kecerahan yang tersedia. Setelah itu, dengan sendirinya citra baru (atau tampilan pada layar) segera dihasilkan. Ekualisasi histogram menghasilkan citra dengan kontras maksimum bila pengambilan julat nilai kecerahannya tepat seperti halnya pada perentangan kontras linier. Pengambilan ini dikatakan tepat bila julat nilai tersebut mewakili populasi terbanyak dalam histogram (misalnya pada ‘bukit’ kurva utamanya).  Statistik untuk citra hipotetik 64 kolom x 64 baris (4096 piksel) dengan julat BV 0-7 (8 bit)
Nilai Kecerahan Frekuensi 0 790 1 1023 2 850 3 656 4 329 5 245 6 122 7 81 Berikut ini uraian singkat yang diambil dari Jensen (2005, yang juga merupakan modifikasi atas contoh yang dibuat oleh Gonzalez dan Wintz, 1977). Misalkan terdapat suatu citra hipotetik yang terdiri atas 64 kolom x 64 baris (total = 4096 piksel) dengan julat nilai 0-7 (BV,=8). Terlihat bahwa piksel dengan nilai 0 berjumlah 790 (fBV0 = 790), kemudian fBV1 = 1023, dan seterusnya. Probabilitas kemunculan tiap nilai kecerahan pBvi pun dapat dihitung dengan cara membagi tiap frekuensi BVi dengan jumlah piksel total (n=4096). Setelah itu, dibuat histogram yang menyatakan distribusi frekuensi nisbah nilai kecerahan BViterhadap BV maksimum (dari 0,1/7, 2/7, 3/7, .., 1) 

Thursday, October 18, 2018

Sumber Daya Hayati Pesisir Mangrove – Fungsi, Potensi Pengembangan, Ancaman dan Kekuatan


Sumber Daya Hayati Pesisir Mangrove – Fungsi, Potensi Pengembangan, Ancaman dan Kekuatan



Mangrove
Hutan mangrove merupakan ekosistem pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir dan lautan.

1.    Hutan mangrove memiliki berbagai fungsi dan manfaat baik fungsi fisik, kimia, biologi, ekonomi, maupun wanawisata. Berikut ada ulasanya Hutan mangrove memiliki beberapa fungsi dan manfaat, diantaranya:

  • ·      Fungsi fisik, yaitu: . Menjaga garis pantai agar tetap stabil, Melindungi pantai dan tebing sungai dari proses erosi atau abrasi serta menahan tiupan angin kencang dari laut ke darat, Sebagai kawasan penyangga proses intrusi atau rembesan air laut ke darat.
  •        Fungsi kimia, yaitu: Sebagai tempat terjadinya proses daur ulang yang menghasilkan oksigen, Sebagai penyerap karbondioksida
  •         Secara ekologis, hutan mangrove berfungsi sebagai penyedia nutrien bagi biota perairan, tempat pemijahan dan asuhan bagi berbagai macam biota, penahan abrasi, amukan angin taufan dan tsunami, penyerap limbah, pencegah intrusi air laut dan lain sebagainya (NONTJI, 1987
  •       Secara ekonomis, hutan mangrove menghasilkan kayu, daundaunan sebagai bahan baku obat dan lain sebagainya (SUKARDJO, 1986). Tidak kurang dari 70 macam kegunaan pohon mangrove bagi kepentingan manusia telah diidentifikasikan, meliputi "produk langsung" seperti bahan bakar kayu, bahan bangunan, alat penangkap ikan, pupuk pertanian, bahan baku kertas, makanan, obat-obatan, minuman, tekstil, dan "produk tidak langsung" seperti tempat rekreasi, dan bahan makanan (DAHURI et al, 1996).
  •        Fungsi lain (wanawisata) Sebagai kawasan wisata alam pantai dengan keindahan vegetasi dan satwa.  Sebagai tempat pendidikan, konservasi, dan penelitian Kegunaan tersebut secara tradisional telah dimanfaatkan oleh masyarakat pesisir di Indonesia.
2. Potensi lain dari hutan mangrove yang belum dikembangkan secara optimal adalah sebagaikawasan wisata alam (ecoturism). Kegiatan wisata alam semacam ini telah berkembang lama di Malaysia dan Australia. Ekosistem hutan mangrove di Indonesia mempunyai keanekaragaman hayati tertinggi di dunia dengan jumlah total spesies 89, terdiri dari 35 spesies tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit, dan 2 spesies parasitik.  Keanekaragaman hayati hutan mangrove yang tinggi merupakan aset yang sangat berharga baik dilihat dari fungsi ekologi maupun fungsi ekonomi untuk terus dikembangkan.

3.      Komponen-komponen dari ekosistem mangrove sendiri yang telah dimanfaatkan berupa,
·         Pohon mangrove itu sendiri:
-          Daunà Manfaat secara tradisi yang lain dari tumbuhan mangrove adalah sebagai sumber bahan obat-obatan. Beberapa jenis mangrove mengandung bahan aktif (Rhizophora apicuata dan Rhizophora mucronata) yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit. Namun demikian, tanaman obat tradisional tersebut belum mendapat dukungan penelitian dan percobaan secara ilmiah. Padahal, apabila dengan dukungan penelitian tersebut, pengumpulan beberapa jenis pohon mangrove yang memilki nilai pengobatan akan memberikan suatu sumber pendapatan tambahan yang bermanfaat bagi penduduk di sekitar hutan mangrove. (LPP Mangrove, 2006).
Buah dan bunga à Dari buah mangrove, bisa mengolahnya menjadi sirup, yang ternyata mampu mengempiskan tumor dalam tubuh. Kemudian sisa olahan sirup dapat dijadikan permen lalu cincau juga dodol Selanjutnya, mengolahnya menjadi kecap, sabun, lulur bahkan pewarna batik (Lulut Sri Yuliani). Sejauh ini, sudah 150 produk berbahan mangrove yang telah disebar ke masyarakat. hampir seluruh Indonesia.
-          Batang à dapat dimanfaatkan bagi masyarakat pesisir sebagai bahan bagunan dan kayu bakar
-          Akar à dapat berguna untuk menahan pantai dari abrasi pantai dan tanah yang cenderung longsor,serta bermanfaat bagi biota yang bersimbiosis disekitar mangrove.
·         Organisme yang berada di ekosistem mangrove:
-          Ikan àIkan penetap sejati, yaitu ikan yang seluruh siklus hidupnya dijalankan di daerah hutan mangrove seperti ikan Gelodok (Periopthalmus sp.),
Ikan penetap sementara, yaitu ikan yang berasosiasi dengan hutan mangrove selama periode anakan, tetapi pada saat dewasa cenderung menggerombol di sepanjang pantai yang berdekatan dengan hutan mangrove, seperti ikan belanak (Mugilidae), ikan Kuweh (Carangidae), dan ikan Kapasan, Lontong (Gerreidae).
 Ikan pengunjung pada periode pasang, yaitu ikan yang berkunjung ke hutan mangrove pada saat air pasang untuk mencari makan, contohnya ikan Kekemek, Gelama, Krot (Scianidae), ikan Barakuda, Alu-alu, Tancak (Sphyraenidae), dan ikan-ikan dari familia Exocietidae serta Carangidae.
Ikan pengunjung musiman, ikan-ikan yang termasuk dalam kelompok ini menggunakan hutan mangrove sebagai tempat asuhan atau untuk memijah serta tempat perlindungan musiman dari predator.
-          Crustacea, Gastopod dan Moluscaà Biota yang paling banyak dijumpai di ekosistem mangrove adalah crustacea dan moluska. Kepiting, Uca sp. dan berbagai spesies sesarma umumnya dijumpai di hutan Mangrove. Kepiting-kepiting dari famili Portunidae juga merupakan biota yang umum dijumpai. Kepiting-kepiting yang dapat dikonsumsi (Scylla serrata) termasuk produk mangrove yang bernilai ekonomis dan menjadi sumber mata pencaharian penduduk sekitar hutan mangrove. Udang yang paling terkenal termasuk udang raksasa air tawar (Macrobrachium rosenbergii) dan udang laut (Penaeus indicus , P. Merguiensis, P. Monodon, Metapenaeus brevicornis) seringkali juga ditemukan di ekosistem mangrove.
-          Burung dan mamaliaà Burung yang paling banyak adalah Bangau yang berkaki panjang. Dan yang termasuk burung pemangsa adalah Elang laut (Haliaetus leucogaster), Burung layang-layang (Haliastur indus), dan elang pemakan ikan (Ichthyphagus ichthyaetus). Burung pekakak dan pemakan lebah adalah burung-burung berwarna yang biasa muncul atau kelihatan di hutan mangrove. Sedangkan mamalia yang berada disekitar mangrove ada monyet-monyet (Macacus irus) terlihat mencari makanan seperti shell-fish dan kepiting sedangkan kera bermuka putih (Cebus capucinus) memakan cockles di mangrove.

4.      Ancaman dan Kekuatan Pengembangan ekosistem mangrove
Perusakan Habitat Penyebab utama hilangnya SDA bukanlah dari Perubahan Iklim, Masuknya Spesies asing (eksotik) dan eksploitasi manusia secara langsung, melainkan kerusakan habitat sebagai akibat yang tak dapat dihindari dari bertambahnya populasi penduduk dan kegiatan Manusia. Seperti halnya kasus local dusun Pengekahan di daerah Lampung Barat, perubahan tata guna lahan akan terus menjadi factor utama yang mempengaruhi SDA. Ancaman genting terhadap habitat utama yang memiliki pengaruh besar keberadaan Spesies adalah pertanian (38%), Pembangunan Komersial (35%), Proyek Air (30%), reaksi alam terbuka (27%), Pengembalaan Ternak (22%), Polusi (20%), Infrastruktur dan jalan (17%), Gangguan kebakaran alami (13%), dan penebanganan pohon (12%). (Stein dkk. 2000)

a. Faktor-faktor yang menyebabkannya dibagi menjadi dua jenis, yaitu faktor yang terjadi secara alami dan faktor yang terjadi akibat dari ulah manusia (antropogenik).

·         Faktor Alamia
    Faktor-faktor alami berkaitan dengan masalah adaptasi suatu organisme. Apabila dapat beradaptasi terhadap kondisi yang baru maka organisme tersebut akan bertahan hidup. sedangkan, apabila tidak dapat beradaptasi maka organisme tersebut tidak dapat bertahan hidup.

-          Fragmentasi Habitat Fragmentasi Habitat adalah peristiwa yang menyebabkan habitat yang luas dan utuh menjadi berkurang serta terbagi-bagi. Antara satu fragment/ perca dengan lainnya seringkali terjadi isolasi oleh bentang alam yang terdegradasi atau telah berubah. pada bentang alam daerah tepinya mengalami serangkaian perubahan kondisi yang dikenal dengan istilah efek tepi. Hal ini seperti ini Kerapkali terjadi daerah Konsesi pengelolaan Wildlife yang sengaja membuat lintang jalan ataupun untuk menciptakan habitat tepi yang terfragmentasi.
-          Degradasi Habitat (termasuk Polusi) Indonesia, salah satu degradasi lingkungan terbesar yang kerap terjadi dan harus diatasi adalah kebakaran hutan yang sangat berdampak pada ekosistem sekitarnya dan kelestarian habitat. Bentuk paling umum dari degradasi adalah polusi. Polusi yang disebabkan oleh pestisida, limbah rumah tangga, gas / asap yang dikeluarkan oleh limbah pabrik, mobil.
-          Perubahan Iklim Global Secara alami karbondiosida (CO²), gas metana (CH4), dan gas – gas lainnya dalam jumlah kecil di atmosfer dapat meneruskan cahaya matahari sehingga menghangatksn permukaan bumi. Uap air dan gas – gas tersebut dalam bentuk awan, menahan pantulan energi panas dari permukaan bumi. Pengeluaran panas dari bumi keangkasa menjadi diperlambat. Gas ini disebut gas rumah kaca karena fungsinya yang sama dengan rumah kaca. Dampak luas pemanasan global, perubahan iklim dapat merubah komunitas biologi secara radikal dan menekan angka populasi dari spesies. Yang akhirnya kawasan yang dilindungipun tidak dapat menyandang atau menyelamatkan spesies critically endangered. Salah satu solusi dari habitat spesies adalah dibentuknya kawasan perlindungan yang cocok dan baru, rute – rute migrasi yang potensial seperti lembah dan sungai di utara dan selatan, sangat perlu diidentifikasi lebih dini dan dilindungi. Solusi kedua adalah penangkaran spesies dengan membuat habitat imitasi dengan mencontoh habitat asli spesies tersebut.

·         Faktor Antropogenik
Faktor secara antropogenik cenderung yang paling mengakibatkan kerusakan pada lingkungan. Faktor-faktor tersebut seperti pertambahan jumlah penduduk, kurangnya kesadaran, pemahaman, dan kepedulian untuk menjaga keanekaragaman hayati, pesatnya pembangunan, dan penegakan hukum yang lemah
-          Pemanfaatan Spesies secara berlebihan Ekploitasi berlebihan yang dilakukan oleh manusia diduga telah mengancam 1/3 mamalia dan burung yang genting dan rentan kepunahan. Untuk bertahan hidup manusia selalu berburu daging hewan liar “Bushmeat” dan memanen makanan serta sumber daya alam hayati, ironisnya manusia saat ini sudah banyak yang mulai meninggalkan culture lama yang sangat bersahabat terhadap habitatnya (landscape kecil kampung) seperti tidak memburu anak satwa dan berburu betina pada musim – musim tertentu, melestarikan dan memanfaatkan sumber daya alam hayati agar dapat dipanen secara berkala dan turun temurun. Hal ini masih dilakukan oleh masyarakat sebagian kecil suku dayak di pulau Kalimantan yang dipercayai (Religi kaharingan) mereka, alam adalah element yang dapat menghidupkan manusia, karena itu manusia tidak berhak menyeleksi alam sebab alamlah yang akan menyeleksi manusia. Bagaimanapun, mengingat culture yang ada telah memasukan bushmeat sebagai makanan tradisional maka dalam beberapa hal perlu dilakukan upaya rekonsiliasi antara konservasi dan culture agar perubahan prilaku dan pola Konsumsi dapat terjadi secara partisipatif dan tidak menimbulkan keresahan setempat (Indrawan, 1999).
-          Invasif Spesies – spesies asing Spesies Eksotik adalah spesies yang terdapat diluar dari distribusi alaminya. Biasanya spesies eksotik sulit untuk bertahan didaerah alam yang diintroduksinya dikarenakan oleh factor alam dan sebaran pendukung, tetapi populasinya akan dapat melonjak drastic apabila spesies tersebut dapat beradaptasi dihabitat baru tersebut. Hal ini dapat menimbulkan ancaman untuk spesies endemic disekitarnya. Invasi spesies asing terjadi berdasarkan beberapa factor, yang berasal dari evolusi spesies baru dampak dari Fragmentasi habitat atau pun sengaja dibawa oleh manusia.
-          Meningkatnya penyebaran penyakit Ancaman utama lain bagi spesies dan komunitas biologi adalah meningkatnya penularan penyakit akibat berbagai kegiatan manusia. Intraksi langsung dengan manusia dapat meningkatkan resiko penularan penyakit. Secara tidak langsung penularan penyakit dapat terjadi akibat dari kegiatan dan pembangunan manusia.

b. Kekuatan dan upaya mengatasi masalah keanekaragaman hayati
Masalah keanekaragaman hayati sangat berhubugan apabila ditinjau dari masalah segi ekologis, sosial, ekonomis maupun budaya. Yang bermasalah adalah fungsi keanekaragaman yang bertolak belakang dari segi ekologi dengan segi ekonomi. keduanya mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya. Oleh karena itu, upaya untuk menyelesaikan masalah ini adalah untuk mensinergikan antara segi ekologi dengan segi ekonomi. hal-hal yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :
-          Adanya kesadaran mulai dari diri sendiri untuk menjaga lingkungan. Dengan dimulai dari  atur diri sendiri akan bersifat fleksibel terhadap pelestarian keanekaragaman hayati. Manfaat keanekaragaman hayati itu sangat banyak. oleh karena itu perlu dilestarikan.
-          Pengembangan agrowisata. Dengan mengembangkannya maka akan mendapatkan dua
-          fungsi sekaligus yaitu untuk menjaga keanekaragaman hayati dan fungsi ekonomi.
-          Melaksanakan pembangunan ramah lingkungan
-          Mengupayakan adanya eco-industrial. Dengan eco-industrial dapat mengurangi jumlah limbah dan meningkatkan pendapatan dari penggunaan ulang atau penjualan limbah.
-          Berusaha untuk meminimalisir penggunaan barang-barang seperti plastik dan kertas. Mengupayakan untuk mendaur ulang barang-barang yang bisa didaur ulang demi menjaga keanekaragaman hayati.
-          Menggunakan sistem pengelolaan hama terpadu (PHT). Dengan adanya PHT, dapat menjaga rantai makanan yang berdampak pada pelestarian keanekaragaman hayati.
Memaksimalkan sistem pencagaran baik secara in situ maupun ex situ.


Monday, September 3, 2018

Deskripsi Makanan dan Reproduksi Black swallower


   Black swallower berada di perairan tropis dan subtropis yang terdistribusi di seluruh dunia, di daerah pelayaran dan zona mesopelagik dan bathypelagik  yang memiliki kedalaman 700-2,745 m (2.297-9.006 kaki). Ikan laut yang sangat umum dan meluas; dari genusnya, itu adalah spesies yang paling umum ada di Atlantik Utara.

Deskripsi

  • Black swallower adalah ikan kecil, dengan panjang maksimum diketahui 25 cm (9,8 inci).Tubuhnya memanjang dan menekan, tanpa skala, dan berwarna hitam kecoklatan yang seragam. Kepalanya panjang, dengan moncong yang tumpul, berukuran sedang, dan mulut yang lebar. Rahang bawah menonjol, kedua rahang di lambung kanan pada satu; gigi tajam dan depresibel, yang saling bersentuhan saat mulut tertutup. Tiga gigi pertama di setiap rahang intokasia berukuran besar.
  • Sebuah tulang belakang kecil yang mengecil terjadi pada preoperculum. Sirip dada tipis, dengan 12-15 cahaya (biasanya 13); fenderare pirus kecil dan mengandung lima cahaya. Dari dua sirip punggung, yang pertama berkilau dengan 10-12 duri, dan yang kedua lebih panjang dengan tulang belakang dan 26-29 jari-jari lemah. Sirip dubur berisi satu tulang belakang dan 26-29 jari-jari lemah. Sirip ekor bercabang dengan 9 sinar. Garis lateral kontinyu dengan dua pori per segmen tubuh.



Makanan
  • Black swallower menelam mangsanya, ia mampu menelan mangsa lebih dari dua kali panjangnya dan 10 kali massanya. Rahang atasnya tersusun  dengan tengkorak suspensorium, yang memungkinkan rahang untuk mengayunkan dan melingkari benda-benda yang lebih besar. Dari pada kepalanya. Black swallower  telah ditemukan telah menelan ikan begitu besar sehingga tidak bisa dicerna sebelum terjadi dekomposisi. Gas yang dihasilkan pada pencernaan dilambung membuat ikan ini dapat di temukan sampai di permukaan laut. Pada tahun 2007, ikan ini 19 cm (7,5 inci) ditemukan tewas di Grand Cayman. Perutnya mengandung nyamuk asin (Gempylus serpens) panjang 86 cm (34 in), atau empat setengah kali panjangnya sendiri.


Reproduksi

  • Ovipar; telur berbentuk pelagis dan berukuran 1,1-1,3 mm (0,043-0,051 in) dengan diameter dan mengandung globul minyak bening dan enam pigmen gelap, yang terdistribusi sepanjang larva yang baru menetas dari depan mata hingga ke ujung notochord. Hingga  akhirnya hilang dan tubuh menjadi gelap secara keseluruhan menjadi hitam. Telur kebanyakan ditemukan di musim dingin di Afrika Selatan; juvenil telah ditemukan dari bulan April sampai Agustus dari Bermuda. Larva dan juvenil ditutupi oleh spinules kecil.

Cara Membuat Composite dan Color Composit Menggunakan ILWIS



Membuat composit dan color composit

  •  Klik FileàCreate àMap Listàpilih semua band yang sudah di cropàpindahkan kesebelah kananàmasukkan nama Map ListàOK
d
Gambar 1. Proses membuat Komposit

  •       Membuat color compisit Pilih Operations list àImage Processingàcolor composite

Gambar 2. Proses membuat warna komposit

  •      Masukkan  band  yang sudah di crop pada window color composit, seperti yang band  3à2à1,  kemudian masukkan namanya “komposit321”, kemudian pilih Show.

  •      Membuat berbagai warna pada band yang sudah dipotong

  •       Pilih Operations list àImage Processingàcolor From Representation kemudian akan tampil jendela baru “Creat Color Mapm From Map Representation” pada gambar 3.
Gambar 3. Proses membuat berbagai warna map

  •    Kemudian pilih Input masukkan citra band 1 yang sudah dipotong kemudian piliih Representation pilih warna apa saja sesuai yang diinginkan untuk melihat perbedaan sensitif antar sensor, pilih warna “hijau”. Gambar 4.  Dan untuk selanjutnya warna yang lainnya, hanya memilih jenis warna yang tersedia.
Gambar 4. Proses membuat berbagai warna map







    Selesai, Semoga Bermanfaat















Cara Membuat Peta dan Koreksi Geometrik Menggunakan ILWIS dan Google Earth



Membuat Peta dan Koreksi geometrik Melalui Software Google Earth
  • Langkah Pertama yang dilakukan yaitu membuka Google Earth.exe pada komputer yang sudah terhubung koneksi internet. Klik Start à Google Earth, Kemudian pilih tentukan lokasi yang akan dijadikan peta, pada kolom Pencarian masukkkan nama lokasinya “Laha” kemudian tekan Telusuri, (Gambar 1) kemudian perbesar lokasinya hingga ketinggian 600m denagn cara Scrool mouse ke depan. Kemuadian setelah mendapatkan lokasinya akan dibuat titik-titik penanda sebanyak 21 titik untuk nantinya penyesuaian geografi di aplikasi Ilwis dengan di Google Earth. Lihat (Gabar 2) proses pemberian 21 titik pada lokasi yang akan diambil.


Gambar 1. Mencari dan menentukan peta yang akan diolah

  • Langkah untuk memberikan 21 titik lokasi yaitu pilih menu Penanda à Penanda Letak  kemuadian akan tampil jendela baru masukkan nama titik.
Gambar 2. proses pemberian 21 titik pada lokasi yang akan diambil

  • Pertama dengan “Laha1”  kemudian pindah buat titik baru dengan cara yang sama hingga 21 titik dan jangan lupa titik koordinat masing-masing dicatat dan disimpan. Setelah selesai sampai 21 titik maka akan tampil akan seperti (Gambar. 3). Setelah itu kemudian simpan peta dengan cara pilih menu Simpan gambar akan tampil jendela baruà Simpan Gambar.

Gambar 3. Menyimpan peta dari Google Earth

  • Kemudian masukkan namanya “ LAha” à Save setelah tersimpan buka gambar tersebut melalui Program A. Photoshop CS3 setelah terbuka klik simpan lagi dengan format yang berbeda yaitu *bmp dengan cara klik fileà save as  pilih bmp kemudian ganti nama menjadi “New.bmp” klik save (Gambar 4).
Gambar 4 Proses simpan ganti format dari jpg à bmp

  • Kemudian langkah selanjutnya inport file “New.bmp” ke Ilwis dengan cara buka kembali program ilwis kemudian pilih menu nafigasi pilih lokasi file *bmp, kemudian pilih menu file à inport à IlwisàRasteràWindow bitmap bmp. (Gambar 5. Proses inpor bmp).
Gambar 5. Proses Inpor Peta *bmp ke Program Ilwis

  • Kemudian membuat koreksi georeference – geotiepoints Dengan cara pilih menu fileà create à georeference maka akan tampil jendela baru maka isi kolom georeference name kemudian pilih geotiepoints, lalu pada kolom coordinat system masukkan LATNON dan pada backround map masikkan peta “NEW” yang telah di inport tadi, kemudian klik Ok (Gambar 6).
Gambar 6. Proses Membuat Goetiepoint pada map “NEW”

  • Setelah selesai maka akan tambil jendela baru yaitu Georefrence Editor kemudian pada white body  jendela tersebut klik sebelah kiri dan masukkan latitude dan longitude pada jendela baru lagi Add Tie Point masukkan koordinat dari Google Earth yang telah disalin sebelumnya pada saat membuat 21 titik ( Gambar 7). Setelah selesai klik Ok dua kali, kemudian masukkan lagi data koordinat latitude dan longitude salinan dari titik selanjutnya ke sisi sebelah white body  jendela Georefrence Editor melalui jendela Add Tie Point. Setelah selesai masukkan hingga pada semua titik.

Gambar 7. Proses memasukkan koordinat salinan Google Earth ke jendela Georefrence Editor melalui jendela Add Tie Point.


  • Selesai, Semoga bermanfaat