Phytoplankton sebagai
Penyumbang Oksigen terbanyak
Lautan
merupakan “lahan” yang mustahil ditinggali manusia dan merupakan tempat tinggal
produsen primer terbesar yaitu phytoplankton. Phytoplankton merupakan bagian
dari plankton yang “berbentuk” tumbuhan dan merupakan makhluk hidup uniseluler,
ia mempunyai klorofil dan mampu melakukan fotosintesis layaknya tumbuhan
tingkat tinggi yang ada di daratan. Apa buktinya bahwa phytoplankton lebih
efektif dibanding tumbuhan tingkat tinggi? Efisiensi fotosintesis dari satu
gram plankton ialah lebih besar dari pada satu gram daun flora tingkat
tinggi (M.Sachlan, 2000).
Hal
ini telah dibuktikan dalam percobaan laboratorium :
Tiap
cel dari satu gram plankton yang besarnya kira – kira sama dengan cel yang ada pada
daun, tetapi jumlahnya lebih banyak, mudah langsung disinari dari segala arah
dan mudah berkembang biak karena uniceluler dan hidup bebas dalam air
Contoh
: dari satu cel chlorella dalam 24 jam dapat berkembang biak mencapai 10.000
cel.
Tiap
cel pada daun tidak langsung dapat sinar karena terkurung dalam nervatur, dan
sukar untuk berkembang biak karena nervatur, tangkai daun, dsb harus membesar.
Penelitian
baru – baru ini menunjukkan bahwa phytoplankton yang merupakan produsen
perairan menjadi penyumbang oksigen terbesar untuk bumi, fitoplankton ini
menyumbang oksigen sebesar 80 %. Selain itu “lahan” untuk “menanam”
phytoplankton tidak mungkin menyempit karena lautan bukan tempat tinggal untuk
manusia yang semakin hari semakin padat. Ternyata tidak sampai disitu hal
mengagumkan dari fitoplankton ini.
Phytoplankton
secara tidak langsung dapat memperlambat proses pemanasan global dengan cara
menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Phytoplankton banyak yang hidup
dipermukaan karena membutuhkan sinar matahari, sedangkan nutrisi yang
dibutuhkan Phytoplankton berada dibawah laut, hal ini menyebabkan terjadinya
mal nutrisi danmengakibatkan Phytoplankton rentan terhadap sinar UV.
Secara alamiah Phytoplankton mencoba melindungi diri dari sinar UV yang mengancamnya dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara. Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan yang dapat melindunginya dari sinar UV. Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi (Anonim).
Secara alamiah Phytoplankton mencoba melindungi diri dari sinar UV yang mengancamnya dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara. Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan yang dapat melindunginya dari sinar UV. Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi (Anonim).
Phytoplankton
Sebagai Deposit Karbon
Upaya
pengurangan pemanasan global dengan program penghijauan saat ini banyak
digalakkan di seluruh dunia. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif.
Namun daratan yang hanya mencapai 1/3 dari permukaan bumi saat ini lebih banyak
digunakan untuk kepentingan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan penduduk dunia
yang jumlahnya terus meningkat dengan kebutuhan yang semakin kompeleks.
Perlu alternatif lain untuk bisa melakukan pengurangan pemanasan global dengan
memanfaatkan media lain yaitu dengan pemanfaatan lautan yang merupakan lahan
yang masih belum bisa ditempati manusia dan merupakan tempat tinggal produsen
primer terbesar di dunia yaitu phytoplankton. Phytoplankton mempunyai jasa yang
sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah satu jasa
phytoplankton adalah mengambil karbon dioksida (CO2) dari air dan menggantinya
dengan oksigen (O2) yang diperlukan makhluk lain. Maka phytoplankton mempunyai
peran besar dalam piramida makanan. Jika terjadi penurunan phytoplankton
mungkin tidak akan ada cukup oksigen untuk pernapasan terutama pada malam
hari. "turn over rate" yang relatif cepat, sebagian besar
phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika
bisa dikendalikan dengan sempurna, lanjutnya, sejumlah besar phytoplankton yang
sudah menyerap CO2 bisa dikirim ke dasar laut sebagai deposit karbon (Prof. Ir.
Endang Yuli Herawati, MS, 2010).
Biomas plankton dan keanekaragaman phytoplankton, berisi cadangan karbon yang sangat besar dan dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan seluruh makhluk hidup di muka bumi. Salah satu jenis plankton yaitu phytoplankton mempunyai peluang potensial untuk menyerap karbondioksida (CO2) melalui proses fotosintesis.
Phytoplankton
berada dalam berbagai bentuk dan simbion, sehingga perannya sangat vital dalam
kehidupan dan rantai energi di laut. Misalnya,phytoplankton jenis zooxanthellae melakukan
simbiosis dengan binatang karang dan mampu menyerap CO2 menjadi karbonat
yang selanjutnya tersimpan dalam bentuk kerangka kapur.
Sebagian besar phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa dikendalikan, sejumlah besar phytoplankton yang sudah menyerap CO2, bisa dikirim ke dasar laut sebagai karbon. Saat ini banyak penelitian para ahli untuk mengembangkan cara menampung CO2 melalui phytoplankton dan menyimpan di dasar laut. Usaha ini diharapkan berhasil dan mampu memperlambat dampak negatif dari perubahan iklim (Prof. Ir. Endang Yuli Herawati, MS, 2010).
Sebagian besar phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa dikendalikan, sejumlah besar phytoplankton yang sudah menyerap CO2, bisa dikirim ke dasar laut sebagai karbon. Saat ini banyak penelitian para ahli untuk mengembangkan cara menampung CO2 melalui phytoplankton dan menyimpan di dasar laut. Usaha ini diharapkan berhasil dan mampu memperlambat dampak negatif dari perubahan iklim (Prof. Ir. Endang Yuli Herawati, MS, 2010).
Phytoplankton
bisa memperlambat dampak negatif dari perubahan iklim dunia. Ia mengakui,
berbagai upaya di lakukan dunia termasuk Indonesia untuk memperlambat dampak
dari perubahan iklim global. Rehabilitasi hutan menjadi salah satu bentuk
andalan, namun pemerintah juga harus mencari usaha lain yang juga efektif.
Salah satu usaha efektif itu adalah adalah memanfaatkan secara maksimal
Phytoplankton yang memiliki potensi untuk menyerap karbondioksida melalui
proses fotosintesis.
Meski
phytoplankton berukuran renik (sangat kecil), katanya, tetapi peran dan
fungsinya sangat besar, bahkan plankton memegang peranan kunci yang sangat
menentukan berfungsinya seluruh ekosistem laut serta ikut menentukan dan
mengendalikan iklim global. Perkiraan total CO2 yang diserap
ekosistem laut dan pantai di Indonesia yang berasal dari terumbu karang
mencapai 73,5 ton/tahun dengan luas area 61 ribu kilometer persegi, mangrove
mencapai 75,4 juta ton/tahun dengan luas area 93 ribu kilometer persegi.
Sedangkan untuk Padang lamun mencapai 56,3 juta ton per tahun dengan luas areal
30 ribu kilometer persegi dan laut lepas 40,4 juta ton per tahun dari area
5.800.000 kilometer persegi. Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global
tidak hanya mengancam daratan, tapi juga kehidupan di laut. Hanya saja, para
ahli sekarang sedang mencari sumber alternatif efesien untuk menghambat
perubahan iklim dengan memanfaatkan biota laut. "Phytoplankton memiliki
peran sebagai penyimpan karbon yang sangat besar dan dapat memberikan
keseimbangan siklus karbon bagi keperluan makhluk hidup. Diharapkan upaya
memanfaatkan phytoplankton ini segera terwujud (Prof. Ir. Endang Yuli
Herawati, MS, 2010).
No comments:
Post a Comment
Tuliskan masukan anda