Wednesday, March 28, 2018

Kaitan Plankton dalam Pengaturan Pemanasan Global



Phytoplankton sebagai Penyumbang Oksigen terbanyak

Lautan merupakan “lahan” yang mustahil ditinggali manusia dan merupakan tempat tinggal produsen primer terbesar yaitu phytoplankton. Phytoplankton merupakan bagian dari plankton yang “berbentuk” tumbuhan dan merupakan makhluk hidup uniseluler, ia mempunyai klorofil dan mampu melakukan fotosintesis layaknya tumbuhan tingkat tinggi yang ada di daratan. Apa buktinya bahwa phytoplankton lebih efektif dibanding tumbuhan tingkat tinggi? Efisiensi fotosintesis dari satu gram plankton ialah lebih besar dari pada satu gram daun flora tingkat tinggi (M.Sachlan, 2000).
Hal ini telah dibuktikan dalam percobaan laboratorium :
Tiap cel dari satu gram plankton yang besarnya kira – kira sama dengan cel yang ada pada daun, tetapi jumlahnya lebih banyak, mudah langsung disinari dari segala arah dan mudah berkembang biak karena uniceluler dan hidup bebas dalam air
Contoh : dari satu cel chlorella dalam 24 jam dapat berkembang biak mencapai 10.000 cel.
Tiap cel pada daun tidak langsung dapat sinar karena terkurung dalam nervatur, dan sukar untuk berkembang biak karena nervatur, tangkai daun, dsb harus membesar.
Penelitian baru – baru ini menunjukkan bahwa phytoplankton yang merupakan produsen perairan menjadi penyumbang oksigen terbesar untuk bumi, fitoplankton ini menyumbang oksigen sebesar 80 %. Selain itu “lahan” untuk “menanam” phytoplankton tidak mungkin menyempit karena lautan bukan tempat tinggal untuk manusia yang semakin hari semakin padat. Ternyata tidak sampai disitu hal mengagumkan dari fitoplankton ini.
Phytoplankton secara tidak langsung dapat memperlambat proses pemanasan global dengan cara menahan sebagian sinar matahari yang merugikan. Phytoplankton banyak yang hidup dipermukaan karena membutuhkan sinar matahari, sedangkan nutrisi yang dibutuhkan Phytoplankton berada dibawah laut, hal ini menyebabkan terjadinya mal nutrisi danmengakibatkan Phytoplankton rentan terhadap sinar UV.
Secara alamiah Phytoplankton mencoba melindungi diri dari sinar UV yang mengancamnya dengan menghasilkan zat dimethylsulfoniopropionate (DMSP) yang berfungsi untuk menguatkan dinding sel mereka. Zat ini jika terurai ke air akan menjadi zat dimethylsulfide (DMS). DMS kemudian terlepas dengan sendirinya dari permukaan laut ke udara. Di atmosfer, DMS bereaksi dengan oksigen sehingga membentuk sejenis komponen sulfur. Komponen sulfur DMS itu kemudian saling melekat dan membentuk partikel kecil seperti debu. Partikel-partikel kecil tersebut kemudian memudahkan uap air dari laut untuk berkondensasi dan membentuk awan yang dapat melindunginya dari sinar UV. Awan yang disebabkan oleh plankton ini, dipercaya dapat memperlambat proses pemanasan bumi, serta memiliki efek besar tehadap iklim bumi (Anonim).

   
 Phytoplankton Sebagai Deposit Karbon

Upaya pengurangan pemanasan global dengan program penghijauan saat ini banyak digalakkan di seluruh dunia. Hal ini tentu saja akan memberikan dampak positif. Namun daratan yang hanya mencapai 1/3 dari permukaan bumi saat ini lebih banyak digunakan untuk kepentingan pembangunan dan pemenuhan kebutuhan penduduk dunia yang jumlahnya terus meningkat dengan kebutuhan yang semakin kompeleks.  Perlu alternatif lain untuk bisa melakukan pengurangan pemanasan global dengan memanfaatkan media lain yaitu dengan pemanfaatan lautan yang merupakan lahan yang masih belum bisa ditempati manusia dan merupakan tempat tinggal produsen primer terbesar di dunia yaitu phytoplankton. Phytoplankton mempunyai jasa yang sangat besar bagi kelangsungan makhluk hidup terutama manusia. Salah satu jasa phytoplankton adalah mengambil karbon dioksida (CO2) dari air dan menggantinya dengan oksigen (O2) yang diperlukan makhluk lain. Maka phytoplankton mempunyai peran besar dalam piramida makanan. Jika terjadi penurunan phytoplankton mungkin tidak akan ada cukup oksigen untuk pernapasan terutama pada malam hari. "turn over rate" yang relatif cepat, sebagian besar phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa dikendalikan dengan sempurna, lanjutnya, sejumlah besar phytoplankton yang sudah menyerap CO2 bisa dikirim ke dasar laut sebagai deposit karbon (Prof. Ir. Endang Yuli Herawati, MS, 2010).

            Biomas plankton dan keanekaragaman phytoplankton, berisi cadangan karbon yang sangat besar dan dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan seluruh makhluk hidup di muka bumi. Salah satu jenis plankton yaitu phytoplankton mempunyai peluang potensial untuk menyerap karbondioksida (CO2) melalui proses fotosintesis.
Phytoplankton berada dalam berbagai bentuk dan simbion, sehingga perannya sangat vital dalam kehidupan dan rantai energi di laut. Misalnya,phytoplankton jenis zooxanthellae melakukan simbiosis dengan binatang karang dan mampu menyerap CO2 menjadi karbonat yang selanjutnya tersimpan dalam bentuk kerangka kapur.
Sebagian besar phytoplankton akan segera mati dan tergantikan oleh proses reproduksi. Jika bisa dikendalikan, sejumlah besar phytoplankton yang sudah menyerap CO2, bisa dikirim ke dasar laut sebagai karbon. Saat ini banyak penelitian para ahli untuk mengembangkan cara menampung CO2 melalui phytoplankton dan menyimpan di dasar laut. Usaha ini diharapkan berhasil dan mampu memperlambat dampak negatif dari perubahan iklim (Prof. Ir. Endang Yuli Herawati, MS, 2010).
Phytoplankton bisa memperlambat dampak negatif dari perubahan iklim dunia. Ia mengakui, berbagai upaya di lakukan dunia termasuk Indonesia untuk memperlambat dampak dari perubahan iklim global. Rehabilitasi hutan menjadi salah satu bentuk andalan, namun pemerintah juga harus mencari usaha lain yang juga efektif. Salah satu usaha efektif itu adalah adalah memanfaatkan secara maksimal Phytoplankton yang memiliki potensi untuk menyerap karbondioksida melalui proses fotosintesis.
Meski phytoplankton berukuran renik (sangat kecil), katanya, tetapi peran dan fungsinya sangat besar, bahkan plankton memegang peranan kunci yang sangat menentukan berfungsinya seluruh ekosistem laut serta ikut menentukan dan mengendalikan iklim global.  Perkiraan total CO2 yang diserap ekosistem laut dan pantai di Indonesia yang berasal dari terumbu karang mencapai 73,5 ton/tahun dengan luas area 61 ribu kilometer persegi, mangrove mencapai 75,4 juta ton/tahun dengan luas area 93 ribu kilometer persegi. Sedangkan untuk Padang lamun mencapai 56,3 juta ton per tahun dengan luas areal 30 ribu kilometer persegi dan laut lepas 40,4 juta ton per tahun dari area 5.800.000 kilometer persegi. Dampak perubahan iklim akibat pemanasan global tidak hanya mengancam daratan, tapi juga kehidupan di laut. Hanya saja, para ahli sekarang sedang mencari sumber alternatif efesien untuk menghambat perubahan iklim dengan memanfaatkan biota laut. "Phytoplankton memiliki peran sebagai penyimpan karbon yang sangat besar dan dapat memberikan keseimbangan siklus karbon bagi keperluan makhluk hidup. Diharapkan upaya memanfaatkan phytoplankton ini segera terwujud (Prof. Ir. Endang Yuli Herawati, MS, 2010).


No comments:

Post a Comment

Tuliskan masukan anda